Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Media Kolombia dan Brasil merilis rekaman percakapan antara pilot pesawat yang mengangkut skuat Chapecoense dengan pemandu lalu lintas udara. Rekaman tersebut mengungkap fakta bahwa pesawat yang jatuh di Medellin, Kolombia, Selasa (29/11/2016) siang WIB, tersebut kehabisan bahan bakar di tengah perjalanan.
Menurut harian asal Brasil, O'Globo, rekaman tersebut mengonfirmasi pesawat bernomor penerbangan LMI2933 yang dicarter skuat Chapecoense kehabisan bahan bakar dan hendak melakukan pendaratan darurat di Cobija, Bolivia.
Namun, permintaan pilot ditolak oleh pemandu lalu lintas udara setempat. Petugas yang belum terungkap identitasnya itu meminta pilot menunggu selama tujuh menit.
Sebab, saat itu ada pesawat lain yang juga mengalami masalah dan mendapat prioritas untuk mendarat.
Pilot LMI2933 terus memohon diberi izin mendarat. "Pesawat kehabisan bahan bakar dan mengalami kerusakan mesin," kata si pilot.
Sesaat sebelum rekaman berhenti, pilot LMI2933 sempat mengatakan bahwa pesawatnya terbang di ketinggian 9.000 kaki.
"Izin untuk mendarat, Nona. Izinkan kami mendarat," merupakan kata-kata terakhir yang terdengar.
The #Chapecoense players who stayed at home & avoided the accident that killed 71 of their teammates walk hand in hand @ the team's memorial pic.twitter.com/XTJ0WdkOML
— B. Scott (@lovebscott) December 1, 2016
Setelah rekaman tersebut beredar, pihak berwenang tengah mengadakan investigasi lanjutan terhadap kecelakaan yang menewaskan 77 orang dalam pesawat tersebut, termasuk sebagian besar anggota Chapecoense.
Klub asal Brasil tersebut sedianya akan bertanding di final pertama Copa Sudamericana melawan Atletico Nacional. Rekaman tersebut pun mengundang reaksi dari anggota Chapecoense yang tidak ikut dalam penerbangan itu.