Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Pandangan Hamka Hamzah Soal Masa Depan Industri Sepak Bola Indonesia

By Ovan Setiawan - Jumat, 2 Desember 2016 | 00:15 WIB
Selebrasi Hamkah Hamzah seusai mencetak gol ke gawang Barito Putera pada laga pekan ke-29 TSC 2016 di Stadion 17 Mei, Banjarmasin, Sabtu (19/11/2016). (OVAN SETIAWAN/JUARA.NET)

Masuknya merek-merek besar ke ranah sepak bola Indonesia disambut positif oleh para pemain, salah satunya Hamka Hamzah. Bek tengah Arema Cronus ini juga melihat bahwa ada secercah harapan tentang masa depan industri sepak bola di tanah air.

Perkembangan sepak bola Indonesia memang banyak memunculkan dinamika, terutama dalam hal yang berkaitan dengan kebutuhan dana. Tidak sedikit dana yang dibutuhkan oleh klub sepak bola demi menutup biaya operasional dan gaji pemain.

"Masuknya sponsor jelas sangat membantu bagi klub. Dengan adanya sponsor yang masuk, harusnya tidak ada lagi klub yang menunggak gaji pemain," kata Hamka Hamzah.

"Ini bagus untuk perkembangan sepak bola Indonesia,” tutur pemain asal Makassar ini saat menghadiri launching kerja sama antara Arema Cronus dan Torabika di Hotel Ijen Suites, Kota Malang pada Rabu (30/11/2016) malam.

Hanya saja saat ini, klub-klub dituntut lebih getol untuk menarik minat sponsor. Selain prestasi, citra klub di mata banyak pihak juga menjadi perhatian khusus sponsor.

Arema misalnya, menjadi daya tarik karena mereka memiliki komunitas suporter dengan jumlah yang cukup banyak dan tersebar di mana-mana.

Sebagai pemain senior yang cukup lama malang melintang di kancah sepak bola Indonesia, Hamka menilai bahwa perkembangan industri sepak bola Indonesia untuk saat ini sudah cukup bagus.

Baca juga:

Selain dari sisi klub, Hamka mengatakan kompetisi juga bisa memiliki nilai jual tinggi.

"Harapannya ke depan banyak lagi sponsor yang meramaikan sepak bola Indonesia,” tutur Hamka.

Sejak keluarnya peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2011, bahwa klub sepak bola professional dilarang menggunakan APBD, klub harus mandiri dan berlomba menjadi daya tarik sponsor.

Praktis, aturan tersebut perlahan mulai mengubah kebiasaan klub, terutama tim yang berbasis perserikatan yang sebelumnya banyak bergantung pada APBD. Mereka dituntut untuk lebih kreatif dalam menggaet sponsor.