Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Stefano Lilipaly membuktikan diri mampu menjadi pembeda untuk tim nasional Indonesia. Berbekal kemampuan individu dan mental bertanding yang mumpuni, ia sukses menjadi pahlawan skuat Merah Putih lolos ke semifinal Piala AFF 2016.
Dialah pencetak gol kemenangan timnas atas Singapura pada partai terakhir Grup A. Baginya gol itu bukan hanya untuk kepuasan diri pribadi, melainkan juga untuk negara yang sangat ia cintai kini, Indonesia.
Kepada Kukuh Wahyudi dari Tabloid BOLA, pemain berdarah Maluku-Belanda itu menceritakan apa makna gol tersebut hingga pandangannya tentang pengembangan sepak bola dalam negeri. Berikut petikan wawancaranya:
Anda telah mencetak gol perdana di timnas. Apa makna gol itu?
Gol itu tak akan saya lupakan. Apalagi, gol tersebut sangat penting untuk sepak bola Indonesia. Saya tak akan bisa melupakan momen ini.
Gol ini saya persembahkan untuk masyarakat Indonesia, istri, keluarga saya, serta kakek dan nenek.
Indonesia berhasil melaju ke semifinal. Bagaimana pendapat Anda?
Saya bahagia karena berada di momen yang tepat. Padahal, banyak hal yang bisa menjadi kendala, yaitu status underdog, sanksi FIFA, persiapan minim, dan ada pemain cedera.
Tapi, Indonesia mampu ke semifinal Piala AFF. Ini merupakan momen terbaik saya bersama timnas Indonesia.
Tugas Anda di timnas semakin panjang. Tidak ada masalah dengan klub (Telstar)?
Tak masalah dari klub saya. Pelatih saya juga telah mengatakan bahwa saya tetap mendapatkan izin dari klub kendati timnas bisa sampai ke final.
Menurut Anda, apa yang harus dilakukan Indonesia agar bisa lebih baik lagi di ajang selanjutnya?
Kedisiplinan menjadi masalah besar di Indonesia. Padahal, di Indonesia banyak pemain-pemain berkualitas.
Saya pikir untuk memperbaiki masalah itu, harus dari pembinaan usia muda. Jika hal itu dilakukan, maka masa depan yang cerah akan terlihat.
Ada rencana main di Indonesia lagi? Misalnya kembali ke Persija?
Segala sesuatunya di Persija selalu baik. Tapi, saya menyayangkan saat tiba di Persija lalu (LSI 2015).
Awal yang kurang baik saya dapatkan pada saat itu. Kompetisi berhenti yang membuat beberapa pemain kehilangan pekerjaan.