Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Valere Germain, Bintang Tim Tertajam di 5 Liga Elite Eropa

By Kamis, 1 Desember 2016 | 16:03 WIB
Valere Germain (kanan), pemain AS Monaco yang sedang berduel dengan Jonathan Delaplace (Lille) dalam laga Ligue 1 pada 30 Agustus, 2014. (Kaz Photography/Getty Images)

Seperti anak-anak yang dilahirkan di Kota Marseille, Germain juga memiliki impian suatu saat membela OM. Namun, setelah dibina di ASPTT Orleans, Orleans, dan Chateauroux, pada usia 15 tahun Germain pindah ke tim junior Monaco.

Satu tahun setelah membawa Monaco menjuarai kompetisi tim cadangan pada 2008, Germain dikontrak sebagai pemain profesional. Namun, baru pada Mei 2011 dia melakukan debut dengan tampil sebagai pemain pengganti di laga melawan Saint-Etienne.

Karier Germain di Monaco tak selalu mulus. Pada Februari 2015, menjelang babak 16 besar Liga Champion, dia tak masuk dalam rencana pelatih Jardim. Di musim 2015/16 dia dipinjamkan ke Nice.

[video]https://video.kompas.com/e/5225364344001[/video]

Setelah mampu mencetak 14 gol dari 38 partai Ligue 1 bersama Nice, sekarang Germain akan menjadi salah satu pemain penting Monaco.

ASM sedang berupaya meraih gelar juara Ligue 1 pertama sejak musim 1999/00 sekaligus memutus dominasi PSG, juara Ligue 1 empat musim terakhir.

“Meraih gelar? Kami masih jauh. Semua ingin menjatuhkan PSG, namun kompetisi masih panjang. Kami mesti konsisten dalam waktu lama,” ujar Germain.

Tidak hanya di kompetisi domestik, peran Germain di Liga Champion juga akan penting, di mana Monaco telah maju ke babak gugur dengan status juara grup.

Dia mengemas dua gol di babak kualifikasi dan satu di fase grup musim ini.

Di kompetisi Eropa musim ini, Germain menjadi pemain tertajam kedua di tim setelah Falcao (4 gol). Pelatih Jardim mendapati fakta bahwa duet Falcao-Germain adalah yang terbaik di timnya.

Harus ada alasan non teknis yang kuat untuk kembali mencoret Germain dari rencana tim.

“Mereka saling melengkapi,” kata mantan bek Monaco, Marcel Tisserand.

“Valere bisa menjadi lebih individualistis. Namun, itu bukan semangatnya,” jamin sang ayah Bruno. “Jika melihat seseorang dalam posisi lebih baik, dia akan mengopernya. Saya bangga, karena dalam sepak bola saya tidak suka pemain egois,” ucapnya.

[video]https://video.kompas.com/e/5220174473001[/video]

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P