Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Andai tak ada Andres Iniesta, barangkali Barcelona tak akan pernah memainkan gaya tiki-taka yang membawa mereka merajai Eropa. Kehadiran Don Andres begitu dibutuhkan Barca dalam duel panas seperti el clasico.
Penulis: Sem Bagaskara
Kepiawaian Iniesta dalam melepas operan dan kelihaiannya memainkan tempo permainan sangat mendukung filosofi tiki-taka yang diperkenalkan Pep Guardiola pada 2008/09.
Asisten Guardiola yang juga pernah membesut Barca pada 2012/13, Tito Vilanova, menyebut Iniesta layaknya pemain hoki es.
"Andres tak berlari, tapi meluncur," kata Tito, yang meninggal dunia pada 25 April 2014.
Bukan hanya menjadi bagian penting dalam aspek teknis, peran Iniesta juga menunjang sisi psikologis tim.
Pria kelahiran Fuentealbilla itu merupakan sosok yang meyakinkan Guardiola untuk terus berpegang teguh kepada tiki-taka.
Melihat fakta bahwa tiki-taka telah membantu Barca meraih banyak gelar, sikap Iniesta tampak bukanlah sebuah langkah berani.
"Jangan khawatir, Mister. Kita akan memenangi semuanya. Kita berada di jalur yang benar. Tetaplah seperti ini, oke? Tim bermain brilian dan kami menikmati sesi latihan. Tolong, jangan mengubah apa pun," ujar Iniesta kepada Guardiola waktu itu.
Namun, situasinya sangat berbeda pada awal musim 2008/09, yang notabene merupakan musim debut Guardiola sebagai arsitek Barca. Blaugrana mengawali La Liga 2008/09 dengan langkah gontai.
Mereka kalah 0-1 dari Numancia dan ditahan imbang 1-1 Racing Santander. Menyikapi sepasang hasil minor itu, Iniesta, pribadi yang cenderung tertutup, tanpa ragu menghampiri kantor Guardiola.
"Jangan khawatir, Mister. Kita akan memenangi semuanya. Kita berada di jalur yang benar. Tetaplah seperti ini, oke? Tim bermain brilian dan kami menikmati sesi latihan. Tolong, jangan mengubah apa pun," ujar Iniesta kepada Guardiola waktu itu.
Perkataan Iniesta mendongkrak kepercayaan diri Guardiola. Tiki-taka kemudian mengantar Barca memenangi berbagai titel bergengsi dan sampai sekarang masih menjadi fondasi utama tim.
Cerita itu bisa menjawab kenapa Barcelona kini rela berupaya keras memulihkan kondisi Iniesta agar sang gelandang siap mentas di laga el clasico versus Real Madrid (3/12).
Pada Kamis (24/11) alias sembilan hari menuju el clasico, Iniesta sudah mulai berlatih di fasilitas latihan klub, Joan Gamper. Dia absen dalam enam laga terakhir Barca lantaran didera cedera lutut.
Suami dari Anna Ortiz itu berambisi merumput lagi dalam duel melawan Madrid.
Meski masih belum bisa menempa diri bersama rekan-rekannya pada Kamis silam, Iniesta tampak nyaman dan sudah berlatih menggunakan bola.
Sebuah tanda-tanda positif bagi fan Barca yang sangat mengharapkan kehadiran Iniesta di el clasico. Pengalaman serta kualitas teknik pemain berusia 32 tahun itu jelas sangat dibutuhkan Blaugrana, terutama dalam laga-laga besar.
Iniesta merupakan figur yang mampu menghadirkan perbedaan. Lihat saja gol semata wayangnya ke gawang Belanda yang mengantar Spanyol kepada titel Piala Dunia pertama pada 2010.
Momen ajaib lain yang dia ciptakan terjadi pada semifinal Liga Champion 2008/09. Iniesta menjebol gawang Chelsea pada masa injury time di Stamford Bridge.
Skor berakhir imbang 1-1. Barcelona unggul agresivitas gol tandang dan berhak melaju ke final untuk kemudian naik ke podium juara.
Bicara el clasico, Iniesta tergolong veteran. Dia sudah tampil 33 kali dengan catatan 14 kemenangan, 8 imbang, dan 11 kekalahan.
Secara total, Iniesta mendulang tiga gol plus enam assist dalam bentrokan kontra Madrid. Hal yang patut dicermati adalah Barca hanya dua kali gagal menang kala Iniesta berkontribusi gol atau assist di el clasico.
Jika dikerucutkan lagi, gol Iniesta di el clasico selalu bermakna hasil sempurna buat skuat Blaugrana.
[video]https://video.kompas.com/e/5225347292001[/video]