Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

El Clasico, Baut Itu Bernama Busquets

By Rabu, 30 November 2016 | 16:03 WIB
Pelatih Barcelona, Luis Enrique (kanan), memberikan instruksi kepada Sergio Busquets (tengah) dan Neymar Jr. dalam partai La Liga kontra Malaga di Stadion Camp Nou, 19 November 2016. (LLUIS GENE / AFP)

Pesan khusus terlontar dari mulut Gerard Pique setelah hasil 1-1 yang diperoleh Barcelona di Anoeta, akhir pekan kemarin. “Jika bermain seperti ini, akan sangat sulit bagi kami untuk menjuarai La Liga,” begitu ungkap sang bek tengah Blaugrana, seperti dikutip Marca.

Penulis: Sapto Haryo Rajasa

Apa yang dikatakan Pique juga diamini Luis Enrique, pelatih Barca. Menurutnya, permainan di rumah Real Sociedad itu merupakan permainan terburuk dalam masa kepemimpinannya di Camp Nou yang telah menginjak musim ketiga.

Dari aspek hasil akhir, sebetulnya skor imbang menjadi outcome terbaik Enrique, yang mengalami dua kekalahan dalam dua lawatan sebelum ini.

Ditambah Pep Guardiola, Tito Vilanova, dan Tata Martino yang juga gagal meraup tripoin di San Sebastian, mungkin Enrique tak perlu merasa sebegitu bersalahnya.

Akan tetapi, dari perspektif permainan, eks pelatih Barcelona B, AS Roma, dan Celta Vigo itu memang layak merasa terpojok. Maklum, untuk pertama kalinya sejak 2008, ada klub yang bisa mengungguli Barca dalam ball possession dan mengambil poin pada saat yang bersamaan.

Ketika tiga musim lalu, di masa kepemimpinan Tata, Barca juga sempat kalah dari sisi penguasaan bola (50,5% berbanding 49,5%) saat bertamu ke Rayo Vallecano.

Namun, Barca tetap bisa menang, bahkan dengan skor mencolok 4-0, melalui hattrick Pedro Rodriguez dan gol Cesc Fabregas.

Sementara itu, statistik di Anoeta, Ahad (27/11), menunjukkan keunggulan ball possession tuan rumah mencapai 52%.

Situasi ini masih diperparah dengan inferioritas Barca di berbagai sektor lain, semisal total tembakan (17 berbanding 10), tembakan akurat (6-2), total operan (457-426) dan operan kunci (12-4), hingga cegatan (11-6).

Jadi, memang tak berlebihan apabila Enrique merujuk hasil di ibu kota Wilayah Otonomi Basque itu sebagai laga terburuk timnya.

Terlalu naif menjadikan absennya Andres Iniesta sebagai pokok permasalahan, sehingga jarak enam poin terbentang antara mereka dengan Real Madrid di puncak klasemen La Liga.

Iniesta memang sosok integral dalam kesuksesan Barca meraih puluhan trofi dan Spanyol merengkuh tiga mahkota elite di pentas sepak bola.

Namun, apakah hanya ini permasalahan Barca? Jika betul, tentu akan dengan mudah publik memprediksi bahwa comeback Iniesta di el clasico, Sabtu (2/12), otomatis akan menghadirkan tiga angka penuh.