Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Sistem salary cap diterapkan NBA dalam membayar gaji atau kontrak pemain. Sistem itu mengatur batasan total gaji pemain yang diperbolehkan sebuah tim dalam mengikuti kompetisi NBA.
Penulis: Dede Isharrudin
Dengan sistem ini, posisi persaingan antara tim kaya dan menengah dalam mengontrak pemain top dan medioker akan seimbang.
Ada dua model salary cap di NBA. Soft salary cap yakni tim boleh melewati batasan yang telah ditentukan dengan memakai exceptions (pengecualian).
Artinya, jika total gaji tim melewati salary cap (batasan total gaji yang ditentukan musim itu), maka tim akan dikenakan denda (luxury tax) sebesar 1 dollar Amerika Serikat (AS) atau setara Rp 13.386 rupiah untuk setiap kelebihan 1 dollar.
Kebalikan dari model satunya, hard salary cap yang mengeliminasi berbagai macam pengecualian.
Di musim 2016-2017, NBA menerapkan salary cap sebesar 94,1 juta dollar AS (Rp 1,259 triliun) dengan model soft yang berarti tim bisa melampaui batasan itu dengan dikenakan denda. Di musim lalu, salary cap hanya 70 juta dollar AS (setara Rp 936 miliar).
Akan tetapi, karena musim ini beberapa tim cukup fantastis mengontrak pemain, seperti Cleveland Cavaliers yang membayar 30,9 juta dollar AS (setara Rp 413 miliar) untuk LeBron James, luxury tax di musim ini juga meningkat menjadi 113,3 juta dollar AS (Rp 1,516 triliun).
Tahun lalu, denda tersebut hanya 84,74 juta dollar AS (setara Rp 1,133 triliun).
Sejak sistem salary cap diterapkan NBA pada musim 1983/1984, rekor tertinggi kontrak permusim masih dipegang Michael Jordan pada musim 1997/1998 yang mencapai 33 juta dollar AS.