Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Sampai pekan ke-12, Tottenham adalah satusatunya klub yang belum terkalahkan di Premier League. Ujian terakhir nan berat, derbi di Stadion Emirates, bisa dilalui dengan hasil satu poin berharga.
Penulis: Christian Gunawan
Hal menarik dari derbi London Utara itu tak lain dari keputusan Mauricio Pochettino memainkan tiga bek. Sistem itu, yang baru dua kali dipakai manajer berusia 44 tahun itu selama berada di Spurs, memberikan efek bagus.
Keberhasilan menahan imbang Arsenal di rumahnya tak lepas dari kemampuan luar biasa dalam beradaptasi cepat yang diperlihatkan pemain-pemain Spurs, terutama di dua titik sayap.
Pochettino layak gembira memiliki dua bek sayap yang boleh jadi terbaik di Premier League saat ini.
Kyle Walker dan Danny Rose mampu memanfaatkan lebar lapangan dalam serangan. Kedua pemain memiliki tingkat kebugaran istimewa untuk ikut membantu tiga atau dua bek, tergantung formasi yang diterapkan Pochettino.
Berkat Walker dan Rose, manajer asal Argentina itu bakal mudah memilih taktik yang ia inginkan.
Defensif pun Oke
Dengan kebugarannya, duet bek yang juga menjadi pilihan pertama di timnas Inggris itu sangat cocok dengan sistem permainan Spurs era Pochettino, yang ngotot menekan sejak di garis pertahanan lawan.
Kecepatan memungkinkan mereka menusuk dari kanan atau kiri lapangan. Saat gelandang sayap bekerja lebih ke tengah lapangan, Walker dan Rose mampu mengisi ruang yang ditinggalkan sekaligus menciptakan peluang.
Rose membuat rata-rata 0,7 umpan silang per laga, keempat tertinggi di liga. Walker membuat 0,5 umpan, kelima tertinggi. Fungsi mereka tampak nyata saat bola hidup di sepertiga lapangan lawan.
Ya, Rose dan Walker menawarkan variasi serangan penting bagi Tottenham melalui kecenderungan melesat dari lini belakang guna membantu serangan.
Keliru bila menganggap tendensi ofensif dua bek sayap itu membuat mereka buruk dalam bertahan.
Di antara pemain Spurs yang lebih dari sekali menjadi starter, Rose mencatat rataan 1,7 cegatan per gim, tertinggi di klub. Walker tepat di bawah Rose dengan 1,6 cegatan.
Kemampuan duet itu memotong serangan lawan sebelum melaju ke depan dengan bola bisa dialamatkan kepada kombinasi kemahiran: membaca permainan dan determinasi mengejar lawan.
Jadi, tak aneh kalau Rose dan Walker tergolong kerap menggiring bola, lebih sering dibandingkan pemain Spurs lainnya.
Rata-rata dribel Walker 1,2 kali per laga, Rose 1,1 per laga. Duet ini disebut layak menjadi yang terbaik di Inggris. Predikat itu tak bisa dianggap remeh.
Pesaing mereka di timnas Inggris terbilang berat, seperti Nathaniel Clyne (Liverpool) di kanan dan Ryan Bertrand (Southampton) atau Luke Shaw (Man. United) di kiri.