Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Jelang Derbi Milan, Aroma Lokal Makin Kental di AC Milan

By Sabtu, 19 November 2016 | 13:58 WIB
Selebrasi para pemain AC Milan saat merayakan gol Gianluca Lapadula ke gawang Palermo di Stadio Renzo Barbera, Palermo, Italia, pada 6 November 2016. (TULLIO M PUGLIA/GETTY IMAGES)

Sebutan Ital-Milan begitu menyedot atensi publik dalam tiga laga antarnegara terakhir. Wajar, AC Milan, klub yang selama ini seolah kesulitan menyetor pemain ke timnas Italia, mulai mendominasi sumbangsih personel di Gli Azzurri.

Penulis: Sapto Haryo Rajasa

Tentu tak ada akibat tanpa sebuah sebab. Dominasi Milan di skuat Italia dalam tiga pemanggilan terakhir jelas dilandasi proyek italianisasi yang tengah dibangun manajemen San Siro.

Meski, harus diakui juga bahwa hal ini ada campur tangan dari pelatih Italia, Giampaolo Ventura, yang lebih berani memanggil wajah-wajah nonreguler.

Di timnas Italia, kini ada enam pemain asal Milan. Pada setiap laganya, wakil Milan yang turun merumput biasanya mencapai dua hingga empat pemain.

Jumlah terbanyak muncul di uji coba melawan Prancis, awal September, kala pelatih menurunkan Gianluigi Donnarumma, Ricardo Montolivo, Giacomo Bonaventura, dan Mattia De Sciglio.

Dalam pemanggilan terakhir, Montolivo tidak ikut masuk akibat status sang gelandang yang masih dalam masa pemulihan cedera. Namun, kuota I Rossoneri masih terjaga di angka enam menyusul dipanggilnya Gianluca Lapadula, debutan yang tak hanya di level timnas tapi juga di Milan.

Baca Juga:

Memang, Lapadula belum kesampaian untuk melakoni debut saat Azzurri bersua Liechtenstein dan Jerman. Ventura tampak masih memercayakan lini depan Italia di tangan Eder dan Ciro Immobile.

Jika ada wajah anyar yang sudah diturunkan, baru sebatas Andrea Belotti dan Nicola Sansone. Kendati demikian, bukan berarti Lapadula, yang baru dibeli dari Pescara seharga 9 juta euro, belum memenuhi standar untuk memakai seragam timnas.

“Jika Ventura memanggil Lapadula, berarti ia memang pantas dipanggil,” begitu kata, Carlo Tavecchio, Presiden FIGC, seperti dikutip Telecaprisport.

Lapadula sendiri mengaku bahwa pemanggilannya ke timnas baru merupakan sebuah titik awal. Hal sama ia tuturkan tepat setelah golnya menjadi penentu kemenangan Milan di giornata 12 Serie A melawan Palermo (6/11/2016).

“Saya telah lama menyimpan keinginan untuk memberikan yang terbaik sejak pertama kali bergabung dengan Milan,” ungkap pemain 26 tahun ini di Sky Sports.

"Gol ini adalah buah dari kerja keras dan baru menjadi titik awal dari dari perjalanan karier saya bersama Milan. Laga berikut akan sangat penting," ucapnya.

Serupa statusnya di Azzurri, di Milan pun Lapadula berlabel anak baru. Yang agak membedakan, jika di Italia ia belum mendapat giliran main, di San Siro ia sudah enam kali mendapatkan cap.

Jumlahnya menjadi yang tersedikit, hanya satu lebih banyak ketimbang Luiz Adriano yang meraih lima penampilan.

Sejak menerima amanah melatih Milan di musim panas kemarin, Vincenzo Montella lebih memercayakan lini depannya pada trisula Suso, Carlos Bacca, dan M’Baye Niang.

Dalam skema 4-3-3 andalannya, Lapadula baru dua kali mendapatkan jam terbang di tim inti. Sekali saat melawan Sampdoria di pekan ke-4 dan sekali lagi ketika bertemu Palermo.


Aksi penyerang AC Milan, Gianluca Lapadula, saat melawan ChievoVerona dalam laga lanjutan Serie A 2016-2017 di Stadion Marc'Antonio Bentegodi, Verona, pada16 Oktober 2016.(DINO PANATO/GETTY IMAGES)

Gol ke gawang Palermo boleh jadi akan mengubah pandangan Montella untuk kembali memilih Lapadula ketimbang Bacca pada saat Milan melanjutkan kiprah Serie A melawan Internazionale.

Sejumlah faktor condong mengarah pada penunjukan Lapadula.

Selain aspek kebugaran yang lebih tinggi dibandingkan Bacca yang harus terbang belasan jam pulang pergi untuk membela Kolombia di Kualifikasi Piala Dunia 2018, juga karena faktor teknis.

Saat ini Bacca memang masih memimpin koleksi gol bagi Milan. Baik secara overall berkat 26 golnya dalam 55 penampilan maupun lewat enam golnya di musim 2016-2017.

Ia juga masih sering muncul sebagai penentu atau pemecah kebuntuan di saat Milan kesulitan mencetak gol.

Meski begitu, Bacca punya kelemahan di saat dirinya tak mendapat pasokan matang dari lini tengah. Terkadang keberadaannya nyaris tak terlihat ketika kreativitas para gelandang Milan ditekan.


Aksi Carlos Bacca dalam laga Serie A antara AC Milan kontra US Sassuolo di Stadio Giuseppe Meazza, Milan, Italia, 02 Oktober 2016. (MARCO LUZZANI/GETTY IMAGES)

Sebaliknya, Lapadula lebih unggul dalam hal ini. Pergerakannya lebih lentur dalam mencari ruang berkat lari tanpa lelahnya. Ia juga lebih aktif melakoni pressing untuk merebut bola.

Karena itu, Lapadula lebih cocok untuk melakoni sepak mula. Sementara itu, Montella bisa mengoptimalkan aksi Bacca saat masuk dari bangku cadangan.

Apabila benar Lapadula yang diberi lampu hijau lebih dulu, Milan akan memainkan hingga delapan pemain Italia. Sama seperti ketika mengalahkan Chievo 3-1 di giornata 8.

Kala itu, delapan pos lokal di tim inti Milan dihuni Donnarumma, Abate, Paletta, Romagnoli, Di Sciglio, Locatelli, Bonaventura, dan Lapadula. Kondisi yang bahkan melebihi generasi 2006-2007, yang menjuarai Liga Champion bermodalkan tujuh pemain lokal.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P