Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Berkat kesuksesan membawa Leicester City meraih gelar Premier League Inggris musim 2015-2016, pelatih Claudio Ranieri masuk dalam daftar 10 kandidat pelatih terbaik dunia 2016. Namun, pria asal Italia ini mengaku merasa bahagia sekaligus gundah.
Penulis: Dedi Rinaldi
Ranieri tidak menampik bahwa dirinya bahagia dapat masuk dalam daftar kandidat “The Best FIFA Men’s Coach 2016”. Pasalnya, Ranieri bisa berdiri sejajar dengan pelatih-pelatih top dunia lainnya.
Dalam daftar yang telah diumumkan FIFA pada 4 November lalu, Ranieri masuk bersama nama-nama beken berkelas dunia seperti Josep Guardiola (Bayern Muenchen/Manchester City), Luis Enrique (Barcelona), Diego Simeone (Atletico Madrid), Zinedine Zidane (Real Madrid), sampai Fernando Santos, pelatih yang sukses mengantar Portugal menjadi juara Euro 2016.
Tampaknya, keberhasilan Ranieri membawa Leicester juara untuk pertama kali dalam 132 tahun sejarah klub membuat FIFA takjub dan merasa perlu untuk memasukkan namanya. Bisa jadi, hal inilah yang membuat pelatih lain yang dalam hal raihan hasil tidak kalah mengilat malah tidak masuk dalam daftar.
Secara mengejutkan FIFA memang tidak memasukkan beberapa nama yang menuai prestasi. Sebut saja pelatih Sevilla, Unai Emery, yang menyabet trofi Liga Europa; lalu Massimiliano Allegri, yang memberi Juventus gelar dobel yaitu juara Serie A dan Coppa Italia; atau pelatih timnas Cile, Juan Antonio Pizzi, yang menyabet gelar kampiun Copa America Centenario.
Justru pelatih yang tidak memenangi satu gelar pun seperti Juergen Klopp (Liverpool) dan Mauricio Pochettino (Tottenham) malah dimasukkan. Pemenang “The Best FIFA Men’s Coach 2016” akan diumumkan FIFA pada 9 Januari 2017.
Kinerja Merosot
Akan tetapi, di balik kebahagiaan Ranieri masuk dalam daftar kandidat pelatih terbaik seperti bertabrakan dengan kegundahan yang dirasakan. Kegundahan tersebut terkait kinerja timnya yang merosot jauh pada musim 2016-2017 di kancah Premier League.
Leicester kini terperosok ke peringkat 14 klasemen dengan koleksi 12 angka. Namun, di kancah Liga Champions justru Leicester seperti menikmati petualangan barunya. Leicester bahkan memuncaki klasemen Grup G, di atas FC Porto, Kobenhavn dan Club Brugge, serta berpotensi lolos ke babak 16 besar.
“Saya gembira masuk dalam daftar kandidat pelatih terbaik. Namun, saya gundah karena kinerja tim di kancah Premier League pada musim ini kurang menggembirakan,” kata Ranieri.
Menurut Ranieri, alangkah baiknya bila saat pengumuman nanti pada Januari 2017, timnya sudah bergerak naik dan menunjukkan performa bagus di Premier League.
“Idealnya seperti itu. Karena itu, kami harus segera melakukan perbaikan,” kata Ranieri.
Jika memang menempatkan tanggal pengumuman dari FIFA, pada 9 Januari 2017, sebagai target pergerakan, maka Leicester harus memanfaatkan laga-laga pada November dan Desember sebagai langkah perbaikan.
Pada 19 November, Leicester akan bertamu ke kandang Watford, berlanjut pada 26 November menjamu Middlebsrough. Dalam hitungan di atas kertas, Leicester berpeluang menambah angka saat bertemu kedua tim tersebut.