Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Rahmad Darmawan baru saja menyelesaikan tugasnya di klub Malaysia, T-Team. Mengarsiteki tim yang bermarkas di Terengganu itu, Rahmad diapresiasi lantaran sukses membawa tim melampaui target.
Penulis: Kukuh Wahyudi
Meski tak sampai menggondol gelar, raihan bersama T-Team cukup menambah kinclong prestasinya selama ini, seperti juara Divisi Utama (kasta tertinggi) bersama Persipura Jayapura pada 2005 dan Sriwijaya FC 2007 serta raihan perak di SEA Games 2011 dan 2013.
Kepada Kukuh Wahyudi dan Ferry Tri Adi dari BOLA kala menyambangi kediamannya, ayah dari Febia Albina Darmawan dan Aldi Darmawan itu menceritakan sepenggal kisah tentang kariernya di Malaysia dan masa depannya.
Setelah menuntaskan target manajemen pada tahun pertama, bagaimana nasib Anda di T-Team?
T-Team sudah melewati target, baik di Liga Super Malaysia dan Piala Malaysia. Kami ditarget tetap bertahan di LSM atau di posisi tujuh, delapan, atau sembilan. Hasilnya kami finis di peringkat ketujuh.
Sementara itu di Malaysia Cup ditargetkan masuk perempat final, sedangkan kami sampai semifinal. Saat ini saya diminta bertahan dan meneruskan pekerjaan, tetapi saya akan diskusi dulu sambil istirahat di Indonesia.
Saya pun masih akan mengikuti program mereka ke Uzbekistan untuk melihat pertandingan. Di sana kami akan mengobrol soal proyeksi klub pada musim depan seperti apa.
Ada klub nasional yang juga bersaing mendapatkan servis Anda?
Seperti yang Anda ketahui tadi, ada telepon yang masuk berasal dari salah satu klub Indonesia. Tapi, untuk itu, saya tak bisa berbicara jauh.
Hal apa yang paling berkesan dari melatih di Malaysia selama satu musim ini?
Di Malaysia, tekanan terhadap pelatih sangat tinggi. Terengganu FA misalnya, mengacu pada empat pertandingan awal saja bisa memecat pelatih.
Dari 12 klub di Liga Super Malaysia, hanya empat klub saja yang tak mengganti pelatih hingga akhir musim, yaitu Johor Darul Ta’zim, Kedah, PDRM, dan saya di T-Team.
Kasus itu contoh “kekejaman” terhadap pelatih. Terlebih saya sebagai satu-satunya pelatih dari Asia Tenggara yang notabene selevel dengan pelatih-pelatih lain di sana. Walhasil, banyak sorotan ke saya.
Hal positif apa yang ada di Malaysia dan tak ada di Indonesia?
Mengenai kompetisi senior mungkin jadwal mereka lebih teratur. Tapi, soal pembinaan, mereka sangat baik. Sama halnya di Indonesia, mereka juga memiliki tim U-21. Bedanya, tim U-21 mereka minimal bermain hingga 24 pertandingan sesuai ciri kompetisi.
Kalau di Indonesia menurut saya hanya sebatas turnamen. Tak hanya itu, Malaysia sudah aktif menggelar kompetisi U-19 serta U-16 dan U-14.
Berdasarkan pengalaman berkarier di kawasan Asia Tenggara, bagaimana peluang Indonesia di Piala AFF 2016?
Saya rasa motivasi “balikan” akan terjadi. Artinya setelah kita tertekan pada masa sanksi kemarin, sekarang pemain punya motivasi lebih. Mental menghadapi tekanan pun saya rasa sudah bagus.
Kekurangan Indonesia hanya minim bermain di luar negeri. Selain Thailand, Filipina bakal menjadi kompetitor serius. Mayoritas pemainnya berpengalaman di liga luar karena banyak naturalisasi.