Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Juventus Bukan Hanya Kekasih Turin

By Senin, 31 Oktober 2016 | 12:12 WIB
Presiden Juventus, Andrea Agnelli, saat timnya menghadapi Torino dalam pertandingan Serie A 2015-2016 di Stadio Olimpico, Turin, Italia, pada 20 Maret 2016. (VALERIO PENNICINO/GETTY IMAGES)

Selain I Bianconeri (Si Putih-Hitam), La Vecchia Signora (Si Nyonya Tua), Le Zebre (Zebra), Juventus juga memiliki julukan Fidanzata d’Italia alias Kekasih Italia.

Penulis: Sapto Haryo Rajasa

Tentu bukan tanpa sebab publik Negeri Spageti melabeli Juve dengan sebutan prestisius tersebut. Juve memang layak mendapatkannya.

Adalah Keluarga Agnelli yang memprakarsai kemunculan julukan tersebut, seiring keputusan mereka mengoperasikan klub Juventus pada medio 1923.

Tak mudah mencuri hati publik sepak bola Italia, yang memang dikenal fanatik dalam membela klub maupun wilayah mereka.

Bagi klub di wilayah utara seperti Torino atau Milano, jangankan untuk mendapat simpati dari wilayah selatan seperti Napoli atau Sicilia, untuk mendapat sokongan dari wilayah tengah macam Roma atau Firenze saja terbilang sulit.

Namun, Juve berhasil menggapainya. Juve jelas terbantu sosok Agnelli, bos produsen mobil FIAT, yang berlokasi di Turin.

Kala itu, FIAT menjadi salah satu perusahaan yang mampu memberikan penghidupan layak bagi para buruh pekerja. Terutama para imigran yang datang dari wilayah paling selatan Italia.

Baca Juga:

FIAT, yang secara tak langsung adalah entitas bisnis penyokong Juventus, diibaratkan sebagai seorang kekasih yang mampu memberikan kenyamanan. Mereka mampu memberikan kenyamanan berupa pekerjaan bagi mereka yang mendambakan kehidupan yang layak bagi keluarganya.

Karena itu, bisa dimaklumi apabila pada awal dekade 1930-an, berkat FIAT di belakangnya, Juventus menjadi klub pertama di Italia yang memiliki basis fan di luar kota kelahirannya.

Faktor ini pula yang kemudian membuat Juve bisa tampil nyaman saat melakoni sejumlah laga tandang Serie A dan akhirnya menciptakan sejarah dengan mencaplok lima scudetto beruntun dari 1930 hingga 1934.

Kebijakan Radikal

FIAT menjalankan Juventus layaknya sebuah entitas bisnis. Jadi, tak mengherankan apabila di masa sebelum Perang Dunia II, Juve sudah bisa dikategorikan sebagai klub yang mapan. Baik dari sisi prestasi maupun dari perspektif finansial klub.

Apa yang dibangun Giovanni Agnelli, meski mengalami pasang-surut dalam delapan dekade ke belakang, mampu diteruskan oleh Gianni Agnelli, sang cucu.

Pada 2011, tongkat estafet beralih ke tangan Andrea Agnelli, cicit dari Giovanni, keponakan dari Gianni, dan anak dari Umberto Agnelli, mantan Presiden Juventus.

Andrea, yang kini menyandang posisi Chairman Si Nyonya Tua, menyadari bahwa hanya dengan kebijakan radikal maka Juve bisa kembali meraih kesuksesan setelah terpuruk akibat belitan skandal calciopoli di akhir 2006.

Andrea berada di balik keputusan berani Juventus dalam membangun stadion milik sendiri. Ia juga yang berani mencari kanal-kanal baru guna meningkatkan kas klub secara signifi kan.

Salah satunya dengan mulai menjajaki kontrak dengan apparel baru dan sponsor anyar.

“Klub-klub besar Eropa lain bisa mendapatkan peningkatan nilai kontrak kira-kira hingga 75% di setiap tahunnya," ucap Andrea.

"Saya rasa kami seharusnya pun bisa. Jangan juga lupakan pasar China yang sedang sangat bergairah. Mereka berani menanam investasi hingga ratusan juta euro per tahun,” ungkap Andrea.

Jika di awal dekade 1930-an Juventus mulai akrab disapa Kekasih Italia, jangan heran apabila dalam dekade ini dan ke depannya, sebutan kekasih China, Uni Emirat Arab, Jepang, atau Korea yang akan menyertai langkah Juve.

[video]https://video.kompas.com/e/5189461187001_v1_pjuara[/video]

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P