Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Ada istilah rumput milik tetangga lebih hijau dari rumput sendiri. Istilah tersebut bermakna terkadang kita cemburu dengan apa yang dimiliki oleh orang lain bahkan ketika kita sudah berkecukupan.
Laporan Anggun Pratama, dari Paris, Prancis
Akan tetapi, istilah itu pasti akan sangat relevan ketika Anda melihat rumput di lapangan Stadion Parc des Princes.
Walau stadion itu merupakan milik pemerintah kota, PSG yang berhak mengurus dan mengelola penggunaan arena.
Dalam urusan rumput, PSG punya sosok bernama Jonathan Calderwood. Ia adalah Ground Manager PSG yang mengurus seluruh lapangan yang dimiliki klub.
Calderwood datang ke PSG pada musim panas 2013. PSG langsung menjuarai Championnat des Pelouses Naturelles berkat sentuhannya. Kejuaraan itu buatan LFP, operator Liga Prancis, sejak 2013-2014.
PSG lantas tak tertahankan buat selalu menjuarai kejuaraan tersebut baik di 2013-2014, 2014-2015, dan yang terbaru di 2015-2016.
Tiap klub yang memiliki rumput alami di stadion mereka bisa mengikuti ajang ini. Di tiap hari pertandingan, kualitas rumput akan dinilai.
Tim penilai adalah kapten masing-masing tim, pelatih masing-masing tim, wasit dan perwakilan dari stasiun televisi dengan berbagai variabel.
Bila Anda menyaksikan sendiri rumput Parc des Princes, pasti akan sepakat bahwa rumput di arena itu memang lebih hijau dari rumput stadion lain, paling tidak di Prancis.
Jonathan Calderwood menyebut ada dua variabel yang menjadi alasan rumput harus ada di kondisi terbaik.
Pertama, adalah agar rumput terlihat bagus di televisi. Kedua, terkait dengan cedera pemain.
"Ketika saya datang, ruang medis pemain sangat penuh. Saat itu, pemilik PSG sadar bahwa investasi mereka sia-sia karena karena pemain berharga puluhan juta euro yang mereka miliki tak bisa bermain akibat cedera. Orang pertama yang berterima kasih pada saya adalah dokter tim karena pekerjaannya menjadi lebih mudah," ucap Calderwood kepada peserta PSG Media Tour, termasuk Tabloid BOLA, baru-baru ini.
Calderwood berasal dari Irlandia Utara. Ia memiliki gelar master dalam bidang Turfgrass Science.
Kariernya di bidang perumputan sudah dimulai di Glentoran FC di Belfast. Kemudian, setelah lulus dari Myrescough College, ia magang di Stadion Wembley lama, yang berlanjut dengan status sebagai deputy head groundsman (1998-2001).
Setelah itu, ia pindah sebagai salah satu konsultan di perusahaan Sportsturf Maintenance dengan tugas menjadi penanggung jawab lapangan Wolverhampton Wanderers (2001-2006) dan Aston Villa (2002-2006).
Pada 2006, ia menjadi ground manager di Aston Villa hingga Mei 2013.
Jonathan Calderwood bukan sosok sembarangan. Ia merupakan Groundsman's Groundsman of the Year 2009 dan 2012 dari IOG (Institute of Groudnmanship) dan Premiership Groundsman of the Year 2010.
Dirinya menangani langsung 16 lapangan ketika masih bekerja di Aston Villa. Kini, pekerjaan jauh lebih mudah karena total lapangan milik PSG cuma lima. Sebiji di Parc des Princes, dan sisanya ada di lapangan latihan Camp des Loges (2,5) dan 1,5 di lapangan akademi.
Tugasnya sebentar lagi bakal semakin berat seiring dengan rencana ekspansi markas latihan PSG.
Total, lapangan yang bakal ia kendalikan mulai musim 2018-2019 mencapai 16 buah.
"Misi kami sederhana: klub harus memberi kantor terbaik bagi para pemainnya. Kantor bagi pemain adalah lapangan yang mereka injak. Para pemain tentu sulit memberikan yang terbaik tanpa lapangan yang baik," ucap Calderwood.