Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Sebagai pelatih, Jose Mourinho kini seolah berada dalam titik nadir. Begitu banyak serangan kritik yang harus diterimanya. Cara yang tepat untuk mengeliminasi semua serangan tersebut ialah dengan meraup kemenangan atas Burnley di ajang Premier League.
Penulis: Dedi Rinaldi
Pada Sabtu (29/10), United menjamu Burnley di Old Trafford. Dalam hitungan matematis, United seharusnya berada di atas angin.
Kendati begitu, dalam kondisi sekarang, tak ada jaminan bagi United selain melakukan tindakan kembali membangkitkan jati diri sebagai tim besar agar bisa meraih kemenangan.
Hancur-lebur di tangan Chelsea pekan lalu pada laga Premier League diakui telah menggoyang mentalitas Setan Merah dengan kencang.
Mourinho sebagai komandan mengatakan tekanan pada dirinya dan tim sangat hebat saat ini.
“Karena itu, setelah melalui pertarungan berat sepanjang Oktober, kami ingin mengakhiri bulan ini dengan kemenangan,” kata Mourinho.
Sepanjang Oktober, jadwal Setan Merah memang cukup mengerikan. Pada kancah Premier League, bermula bertemu Stoke City dan kemudian Liverpool. Berpindah ke Liga Europa, United bertemu tim keras kepala dari Turki, yaitu Fenerbahce.
Lalu, kewajiban beralih lagi ke Premier League bertemu Chelsea, lantas bertemu Manchester City di kancah Piala Liga.
Pertemuan dengan Burnley menjadi penutup perjalanan di bulan Oktober.
Eks pemain United, Owen Hargreaves, mengatakan United harus kembali ke jati diri sesungguhnya karena selama ini Setan Merah seolah tak punya identitas di bawah asuhan Mourinho.
Kekuatan mental, fisik, serta permainan cepat menurut Hargreaves seperti sudah hilang.
“United tidak punya identitas karena gaya mereka terus berubah. United seharusnya bisa seperti Manchester City di tangan Josep Guardiola. Tidak selalu mulus, tapi memiliki identitas yang jelas,” kata Hargreaves.
Rivalitas Internal
Meski dalam hitungan di atas kertas berada di bawah United, Burnley terkenal kencang dan kerap mengejutkan lawan dengan level yang berada di atasnya.
Jika mentalitas rendah dan permainan cenderung lambat, bukan tidak mungkin justru United yang akan menelan pil pahit.
Pada faktanya, United sekarang kerap disebut sebagai tim yang berlari lebih sedikit ketimbang tim lain.
Gaya pragmatisme ala Mourinho pada dasarnya mengharuskan pemain untuk juga berperan sebagai tembok pertahanan. Gaya ini masih menjadi kendala besar.
Mentalitas juga terkesan kedodoran sehingga saat bertemu tim lain, seolah United selalu berjumpa lawan sekelas Barcelona.
Sisi lain yang juga banyak disorot pada United ialah hubungan pemain dengan Mourinho sendiri.
Rivalitas internal, yang dulu tabu tergelar di ruang publik, kini seolah bisa dilihat semua orang, seperti kondisi yang kini dialami Wayne Rooney.
Man United rasanya memang harus bekerja keras untuk sekadar mengalahkan klub sekelas Burnley.