Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

ItalMilan, Minim Ruang Berkembang

By Kamis, 27 Oktober 2016 | 12:26 WIB
Luca Antonelli (kanan) merebut bola dari pemain Udinese, Silvan Widmer dalam laga Serie A antara Milan dan Udinese di Stadio Giuseppe Meazza, Milan, Italia, 11 September 2016. (MARCO LUZZANI/GETTY IMAGES)

Salah satu era tersukses Milan muncul pada periode kepelatihan Carlo Ancelotti (2001-2009). Di bawah komando Carletto, Il Diavolo meraih sepasang titel Liga Champion, satu trofi Serie A, satu Coppa Italia, serta sekali gelar Piala Dunia Klub.

Penulis: Sem Bagaskara

Sebutan ikonik untuk Milan asuhan Carletto adalah I Meravigliosi (Pasukan Mengagumkan). Mereka berada satu level dengan Gli Immortali Arrigo Sacchi (1988-1991) dan Gli Invincibli Fabio Capello (1991- 1996).

Warna Italia cukup kental di Milan versi Ancelotti. Alessandro Nesta dan Paolo Maldini adalah pilihan favorit Carletto di sektor palang pintu. Gennaro Gattuso, Andrea Pirlo, dan Massimo Ambrosini membentuk kolaborasi solid di sektor tengah.

Di lini depan, Filippo Inzaghi dan Alberto Gilardino mengemban peran krusial. Tapi, dari sekian banyak pemain Italia andalan itu, cuma Maldini dan Ambrosini yang berstatus binaan akademi.

Mereka berdua juga tak diorbitkan oleh Ancelotti. Jebolan akademi asal Italia pertama yang diberikan kans debut di Serie A oleh Ancelotti adalah Marco Borriello.

Borriello melakoni debut Serie A pada 21 September 2002, saat Milan menekuk Perugia 3-0. Namun, keberadaan Inzaghi dan Andriy Shevchenko sangat membatasi menit tampil Borriello.

Alhasil, ia lebih banyak disekolahkan ke klub-klub lain. Status pemain utama baru bisa digapai striker kidal itu saat Milan diarsiteki Leonardo pada 2009/10.

Nasib serupa juga berlaku buat dua bek sayap potensial, Luca Antonelli dan Matteo Darmian. Mereka juga diberikan debut Serie A oleh Ancelotti pada musim 2006/07.

Namun, sekali lagi bakat muda akademi susah naik kelas karena Milan waktu itu dihuni oleh pemain-pemain berkualitas wahid.