Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Tahun 2011 menjadi salah satu momen besar dalam sejarah Paris Saint-Germain. Saat itu, Qatar Sports Investments (QSI) datang dan menjadi pemilik mayoritas saham klub. Berselang lima tahun, QSI mengubah wajah PSG.
Laporan Anggun Pratama dari Paris, Prancis
Keberadaan QSI mengubah citra PSG ke arah positif, baik dari sisi bisnis dan juga prestasi. Dalam lima tahun itu, PSG meraih 21 gelar dari seluruh cabang olahraga yang berada di bawah panji klub (Bola tangan, sepak bola wanita, dan sepak bola pria).
Di bagian tim senior pria, dalam dua musim terakhir mereka selalu meraih empat gelar per musim. Belum menyebut konsistensi menembus babak perempat fi nal Liga Champion.
“Konsistensi” di ajang Liga Champion tersebut yang membuat PSG kini sangat penasaran buat memenangi kompetisi tersebut.
“Tidak mudah buat memenangi Liga Champion, tetapi itulah target terpenting kami dalam waktu dekat,” tutur Direktur PSG, Patrick Kluivert, di sela-sela acara PSG Media Tour yang dihadiri BOLA di Paris, Prancis.
“Kita bisa lihat banyak perubahaan besar dalam lima tahun QSI di PSG. Saya bangga bisa menjadi bagian dalam perubahan itu,” ujar Kluivert lagi.
Efek dari performa di atas juga membuat PSG meraih perkembangan positif dari sisi finansial.
Dalam rilis yang dikeluarkan oleh PSG, total pendapatan klub naik lima kali lipat dari 2011, dan nilai dari merek PSG melonjak dari 68 juta dolar ke angka 541 juta dolar.
Angka itu hasil dari perkiraan perusahan Brand Finance, sementara dari KPMG, nilai klub saat ini mencapai 640 juta euro.
“Kami tidak akan berhenti buat mengembangkan merek PSG hingga dikenal ke ujung dunia,” tutur Frederic Longuepee, General Manager PSG, dalam diskusinya dengan peserta PSG Media Tour.
Lounguepee bertanggung jawab dalam kegiatan bisnis PSG.
“Target ketika QSI datang adalah ingin menciptakan PSG sebagai merek paling terkenal di seluruh dunia. Kami yakin punya sesuatu yang unik yang tak dimiliki klub lain di Eropa. Kami adalah satusatunya klub di Kota Paris nan ikonik,” ujar pria berpembawaan kalem itu lagi.
Ia merujuk pada fakta bahwa kota besar di Eropa seperti Muenchen, Milan, atau London, memiliki banyak klub profesional di level top.
Era Digital
Setelah lima tahun, kini PSG mencoba memasuki periode anyar, yakni era digital. Proses PSG memasuki era tersebut sebetulnya sudah berjalan lama.
Buktinya sudah terlihat dari jumlah fan di dunia media sosial yang sangat tinggi.
Populasi penggemar PSG di dunia maya mencapai 25 juta orang pada musim semi 2016. Sebanyak 95% berada di luar Prancis. Padahal, di 2011, ketika QSI masuk, klub belum memecahkan angka 1 juta penggemar di Facebook.
Saat itu, hanya 10 persen berasal dari luar Prancis.
“Brasil dan Indonesia memiliki jumlah penggemar terbanyak. Fan mereka mengalahkan penggemar di Prancis. Kami senang dengan pertumbuhan di atas dan di luar lapangan,” ujar sang general manager itu. PSG tak berhenti di situ.
Salah satu cara lain agar generasi milenial makin mengenal merek PSG terlihat dari pembentukkan tim E-Sports. PSG punya dua tim dalam dunia gim profesional League of Legend dan serial FIFA.
“Jadi kami tidak hanya mengejar pasar yang sudah ada di dunia sepak bola, tetapi kami juga ingin berbicara dengan orang di luar pasar tersebut. Ada lebih dari 50 juta orang yang terlibat dalam E-Sport di seluruh dunia. Pasar baru buat kami tersebut menjadi tantangan besar. PSG ingin memenangi semua pertandingan di seluruh lapangan,” kata Longuepee lagi.