Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Dalam konferensi pers menjelang laga kontra Sevilla, Minggu (23/10/2016), di ruang media Ramon Sanchez Pizjuan, Diego Simeone berulang kali mengungkapkan bahwa Los Nervionenses merupakan salah satu kandidat juara La Liga 2016-2017.
Penulis: Sapto Haryo Rajasa
Well, hasil akhir laga membuktikan ketepatan insting pelatih Atletico Madrid itu. Tim besutan El Cholo dipaksa pulang dari Andalusia membawa kekalahan 0-1, setelah gol tunggal Steven N’Zonzi pada menit ke-73 tak mampu dibalas hingga laga bubar. Atleti pun harus menerima fakta bahwa rentetan laju tanpa kalah beruntun akhirnya tercoreng pada partai ke-12.
Sebelum ini, Los Colchoneros melewati delapan jornada dengan rekor lima menang dan tiga seri, serta melalui tiga matchday Liga Champions dengan rekor sempurna alias selalu menang.
Jika di klasemen Grup D Liga Champions posisi Atleti masih aman di tangga teratas, di La Liga peringkat mereka turun ke posisi ke-5.
“Sevilla adalah tim dengan begitu banyak opsi. Melihat angka-angka sejauh ini (kemenangan dan posisi di klasemen), mereka tampak ideal untuk memperebutkan gelar juara La Liga. Ingat, mereka juga tampil bagus di Liga Champions. Bersama kami, Barcelona, dan Madrid, Sevilla berada di jalur yang tepat,” ujar Simeone di Sport.
Dalam laga yang disaksikan 34.526 penonton itu, Atleti harus mengakui keunggulan jauh kubu tuan rumah. Baik dari skor akhir, ball possession (59%-41%), total tembakan (12-9), hingga akurasi tembakan (5-3). Atleti juga “kalah” dalam jumlah pemain tatkala Koke mengalami pengusiran untuk pertama kali dalam hidupnya, di menit ke-77.
“Seharusnya kami bisa mengambil alih keunggulan, terutama di babak pertama. Banyak peluang terbuang sia-sia, maka kami harus terus memperbaiki diri. Meski begitu, secara overall kami mampu mencapai titik yang kami pasang sejak awal musim. Karena itu, saya tetap merasa rileks,” kata Simeone lagi.
2022
Kendati mengalami kekalahan perdana, Simeone memang pantas tetap tersenyum. Sebabnya, apa yang dicatat Atleti pada musim ini, telah jauh melampaui pencapaian mereka pada musim 2013-2014, di mana mereka menjuarai La Liga dan menembus final Liga Champions. Baik dari aspek ofensif maupun defensif.
Sektor ketajaman Atleti dalam delapan pekan La Liga menyentuh 21 gol. Jumlahnya unggul 9 gol dari catatan dalam rentang sama pada 2013-2014. Angka kebobolan Jan Oblak juga lebih rendah ketimbang yang diukir Thibaut Courtois dengan komparasi 3 gol berbanding 5 gol.
Masih dari aspek ofensif, Atleti edisi 2016-2017 mampu mewakilkan delapan pemain berbeda di papan skor. Satu pemain lebih banyak daripada tiga musim silam. Salah satu aktor suksesnya tak lain Yannick-Ferreira Carrasco, penyerang sayap asal Belgia yang sudah mencetak 5 gol di seluruh kompetisi (3 di La Liga dan 2 di Liga Champions).
Jumlah 5 gol ini menyamai kontribusi pada musim 2015-2016. Namun, jika musim kemarin Carrasco mengukirnya dalam 43 partai, kali ini lelaki 23 tahun tersebut cuma butuh 11 laga. Karena itu, wajar apabila manajemen Atleti buru-buru menawarkannya tambahan durasi kontrak hingga 2022.
“Saya sangat senang karena bisa bertahan di Atletico untuk tahun-tahun yang akan datang,” ungkap Carrasco, yang dibeli dari AS Monaco seharga 20 juta euro itu, seperti dikutip situs resmi LFP.
“Kabar ini (perpanjangan kontrak Carrasco) membuat bahagia semua yang berhubungan dengan Atletico,” sambut Jose Luis Caminero, direktur olahraga klub.
Kubu Vicente Calderon tak sebatas memperpanjang kontrak yang semula habis pada musim panas 2020, tapi juga menaikkan buyout clause Carrasco dari 40 juta euro menjadi 100 juta euro. Kasarnya, klub luar harus punya dana minimal sebesar itu, jika ingin membeli hak atas pemilik 13 cap bersama Rode Duivels itu.