Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Kekalahan 0-4 yang dialami Manchester City saat bersua Barcelona pada ajang Liga Champions, Rabu (19/10/2016) plus hasil seri 1-1 kontra Southampton memicu perdebatan. Benarkah Manajer Manchester City, Josep Guardiola, tak cocok menangani klub Inggris?
Penulis: Wieta Rachmatia
Sejak 29 September hingga 24 Oktober, Pep gagal membawa City meraup kemenangan. Puncaknya, Raheem Sterling dkk kalah telak dari Barcelona, yang notabene bekas tim arahan Guardiola.
Media Inggris menilai Guardiola terlalu kaku dalam menerapkan strategi. Faktanya, manajer berusia 45 tahun ini bersikeras tak mau mengubah gaya kepelatihannya.
"Saya bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada Rabu silam. Saat kalah 0-4, Anda harus bisa menerima kritik dan melanjutkan hidup," tutur Guardiola seperti dilansir Dailymail.
"Namun, saya tak akan berubah. Saya akan lebih dulu pulang ke Spanyol sebelum berubah," tegasnya.
Guardiola mengklaim metode kepelatihannya sudah tepat. "Saya menjuarai 21 gelar selama tujuh musim. Selama tiga musim, saya bermain dengan strategi seperti itu," ucapnya.
Jaga Jarak
Sementara itu, Medhi Benatia menilai kepribadian Guardiola berubah setelah meninggalkan Barcelona. Benatia pernah bekerja sama selama dua tahun dengan Guardiola di Bayern Muenchen.
Bek yang saat ini tengah menjalani masa pinjaman di Juventus tersebut mengaku Guardiola tak mau terlalu dekat dengan anak buahnya lagi. Menurut Benatia, kebiasaan Guardiola bertolak belakang dengan pelatih Juventus, Massimiliano Allegri.
"Allegri lebih dekat dengan pemain, sedangkan Guardiola tidak mau berkomunikasi," ungkap Benatia.
"Guardiola pernah menjelaskan kepada saya, dia kecewa terhadap hubungannya dengan beberapa pemain di Barcelona. Dia bilang: 'Saya hanya menjalankan tugas, yaitu menjadi pelatih'," ucap pesepak bola berkewarganegaraan Maroko tersebut.
Pernyataan Benatia disinyalir ada hubungannya dengan pernyataan beberapa mantan pemain Guardiola di Barcelona. Pada 2014, Samuel Eto'o tak segan menuding Guardiola sebagai sosok pengecut.
Striker asal Kamerun ini menganggap kebijakan Guardiola, yang mengambil jersey bernomor punggung sembilan pada musim terakhirnya berbaju Barca, sebagai tindakan penghinaan.
"Guardiola tak pernah punya keberanian untuk mengatakan semua itu di depan saya. Dia mengungkapkannya kepada pemain lain," ujar Eto'o.
"Harus saya ingatkan, Guardiola tidak pernah menjadi pesepak bola hebat. Dia sekadar pemain yang bagus. Sebagai pelatih, dia belum membuktikan apa pun. Dia datang dan tidak mengetahui apa pun tentang kisah di kamar ganti," katanya.
Zlatan Ibrahimovic juga punya pernyataan serupa soal Guardiola.
"Dia bukan seorang pria. Tak ada lagi yang perlu dikatakan," ucap Ibra.