Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
santri di pondok pesantren (ponpes) yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia ternyata tidak hanya belajar ilmu agama Islam. Para santri juga aktif berlatih sepak bola.
Bahkan sudah ada beberapa pondok pesantren yang mengelola tim secara profesional. Ponpes pun menyediakan guru olah raga (sepak bola) yang diharapkan bisa mengasah kemampuan para santri mengolah bola.
Tak berhenti di situ. Pada tahun-tahun mendatang, sepak bola akan menjadi kurikulum wajib bagi setiap ponpes. Bila menjadi kurikulum wajib, para santri bakal mendapat latihan rutin dari pelatih yang berkualitas pula.
Tim-tim sepak bola dari ponpes ternyata tak hanya berlatih setiap hari tetapi mereka juga ikut berkompetisi di Liga Santri Nusantara (LSN) memperebutkan Piala Menpora.
Ini merupakan tahun kedua dari digulirkannya LSN dan sudah memasuki babak 32 Besar. Dengan banyaknya ponpes di seluruh Indonesia, kompetisi harus menggunakan sistem regional.
”Dari segi kuantitas, jumlah tim peserta sudah meningkat empat kali lipat."
Sekretaris Panitia Nasional LSN 2016, Khoirudin Abbas.
Apalagi ponpes menunjukkan antusias tinggi mengikuti liga. Juara dari masing-masng regional kemudian lolos ke babak 32 Besar.
Babak 32 Besar digelar mulai Senin (24/20/2016) sampai Minggu (30/10/2016) pada beberapa stadion di DI Yogyakarta. Sedangkan final dilaksnaakan di Stadion Maguwoharjo, Sleman.
“Ini adalah pesta sepak bola santri. Di tahun kedua ini, LSN makin berkembang. Kami juga menargetkan LSN meningkat secara kualitas dan kuantitas,” kata Sekretaris Panitia Nasional LSN 2016, Khoirudin Abbas.
”Dari segi kuantitas, jumlah tim peserta sudah meningkat empat kali lipat. Di tahun pertama, pesertanya 198 dan di tahun kedua sudah melonjak menjadi 874,” tuturnya.
Baca juga:
Manajer Kompetisi LSN M Kusnaeni menungkapkan, LSN merupakan tangga pembinaan usia muda yang dilakukan Kemenpora RI. Hal itu dilakukan untuk membantu PSSI sebagai solusi masalah pembinaan usia muda yang ada saat ini.
“Karena menjadi tangga pembinaan usia muda, maka liga diikuti tim dengan pemain U-18. Mereka yang lahir maksimal tahun 1999,” tutur Kusnaeni.
”LSN menjadi solusi bila saat ini federasi belum optimal melakukan pembinaan usia muda sehingga Kemenpora yang kemudian bertanggung jawab melakukannya,” katanya.
Keseriusan LSN sebagai salah satu ajang pembinaan usia muda dengan dilibatkannya para mantan pemain nasional untuk mengamati dan memantau pemain yang berlaga.
Tim scouting tahun ini melibatkan Robby Darwis, Ilham Jayakesuma, dan Seto Nurdiantara.
[video]https://video.kompas.com/e/5181679915001_v1_pjuara[/video]