Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Sudah bertahun-tahun Indonesia absen menggelar kursus pelatih lisensi A AFC. Padahal, lisensi tersebut merupakan syarat untuk bisa berkiprah di level internasional.
Penulis: Martinus Bangun
Sebuah artikel di majalah FourFourTwo Indonesia edisi Oktober 2009 membahas khusus soal kursus lisensi pelatih A AFC. Artikel itu berjudul "Terakhir untuk Lima Tahun Mendatang".
Jika menyimak keseluruhan naskah, judul tersebut sebenarnya sudah cukup mewakili. Pasalnya, terakhir kali kursus pelatih lisensi A AFC digelar di Tanah Air adalah pertengahan 2009 dan belum pernah digelar kembali hingga kini.
Sesuai ketentuan, maka setiap pelatih yang ingin memperoleh lisensi A AFC wajib lebih dulu menggenggam lisensi di bawahnya, seperti B AFC dan C AFC.
Kebetulan, setelah kursus lisensi A AFC tahun 2009 tersebut, jumlah pelatih nasional yang memegang B AFC dan C AFC terbilang minim.
Baca Juga:
Padahal, sejatinya seorang pelatih berlisensi C AFC butuh waktu minimal dua tahun untuk lebih dulu mengaplikasikan ilmunya. Barulah setelah itu ia bisa mengikuti kursus B AFC.
Proses yang sama juga diperlukan untuk naik tingkat ke lisensi A AFC. Berdasarkan penjabaran tersebut, tak heran jika saat itu (2009) PSSI mengklaim baru akan menggelar kursus A AFC pada tahun 2014 atau 2015.
Klaim itu hampir terealisasi, sebelum akhirnya gagal total karena jatuhnya sanksi FIFA pada Mei 2015.
Sebagai gambaran, aturan baku AFC mewajibkan seluruh tim di kasta tertinggi tiap negara ditangani pelatih berlisensi A AFC.
Jika tidak, tim tersebut tak akan diperbolehkan tampil di seluruh event AFC dan FIFA.