Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Sampai pekan ke-7 Premier League, hampir tidak terlihat lagi tanda-tanda bahwa Leicester City berstatus juara bertahan. The Fox sudah mengalami tiga kekalahan dan baru dua kali menang.
Penulis: Dwi Widijatmiko
Jumlah kekalahan itu sudah sama dari yang diderita tim juara musim lalu sepanjang kompetisi. Musim lalu sampai pekan ke-7, tim asuhan Claudio Ranieri sudah tiga kali menang dan hanya sekali mengalami kekalahan.
Kemerosotan juga jelas terlihat dari pergerakan peringkat. Musim lalu Leicester tidak pernah terlempar dari 6 besar. Mereka bahkan memuncaki klasemen sebanyak 25 gameweek. Musim ini jangankan berada di 6 besar, Leicester bahkan kepayahan untuk sekadar masuk top half klasemen. Hanya sekali Jamie Vardy melakukan hal tersebut pada gameweek 5 lalu.
Terkait duel Chelsea-Leicester pada akhir pekan ini, dengan segera orang akan mengingat bahwa apa yang dialami The Foxes saat ini serupa dengan kisah The Blues pada 2015-2016. Berstatus juara liga 2014-2015, bahkan dengan catatan tidak pernah tergeser dari puncak klasemen, Chelsea kemudian hancur-hancuran pada 2015-2016.
Baca Juga:
Chelsea menghabiskan paruh pertama kompetisi dengan lebih banyak berada di bottom half klasemen. Baru ada perbaikan setelah manajer Jose Mourinho dipecat dan diganti Guus Hiddink.
Tetapi, sudah terlambat. Chelsea hanya sedikit memperbaiki posisi, finis di peringkat ke-10 dan gagal lolos ke kompetisi antarklub Eropa. Akankah Leicester 2016-2017 bernasib sama seperti Chelsea 2015-2016? Tidak pernah mencapai papan atas dan akhirnya gagal meraih tiket ke kompetisi antarklub Eropa? Atau yang lebih gawat lagi, akankah Ranieri menemui akhir yang sama seperti Mourinho?
Lebih Berat
Satu hal yang jelas, Leicester sekarang menjalani musim yang lebih berat daripada kompetisi kemarin karena status mereka sebagai kampiun 2015-2016. Tidak ada lagi elemen kejutan yang dimiliki Leicester. Semua lawan kini masuk ke lapangan pertandingan dengan mentalitas lebih waspada kepada The Foxes.