Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Sehari sebelum Prancis bersua Albania pada laga kedua fase grup Euro 2016, halaman muka L'Equipe menulis judul "Le Casse-Tete de Deschamps" alias Teka-teki Deschamps.
Penulis: Sem Bagaskara
Ahli strategi Prancis, Didier Deschamps, kala itu pusing menentukan formula terbaik buat timnya. Ketika menang tipis 2-1 atas Rumania pada partai pertama, Deschamps menggeber 4-3-3.
Namun, formasi itu mereduksi kualitas Antoine Griezmann, yang mengaku lebih nyaman mentas sebagai penyerang lubang alih-alih sayap kanan.
Ketika memasuki fase gugur, Prancis mulai mantap dengan 4-2-3-1. Bermain lebih ke sentral, Griezmann kian cemerlang.
Sebaliknya, perubahan formasi justru berefek negatif buat Paul Pogba, yang mengisi pos gelandang bertahan.
Tak banyak yang bisa dikenang dari partisipasi Pogba saat Euro 2016. Salah satu dari sedikit aksi terbaik pemain kelahiran Lagnysur- Marne itu tersaji pada babak semifinal tatkala operan silangnya memicu gol kedua Griezmann ke gawang Jerman.
Saat momen itu muncul, Pogba bermain sebagai penyerang sayap kiri.
Pogba tampak lebih nyaman mentas di pos gelandang luar dalam skema 4-3-3 ketimbang bertugas sebagai jangkar.
Dilema Deschamps kini juga dirasakan peracik strategi Manchester United, Jose Mourinho.
Adaptasi
Bersama Mourinho, United memainkan 4-2-3-1 dengan Pogba mengisi salah satu pos pivot. Il Polpo Paul tak bisa leluasa merangsek ke depan dengan langkah panjangnya karena ia juga mesti memikirkan kewajiban bertahan.
"Saya mesti merebut kembali bola dan menjalankan tugas defensif. Hal itu memaksa saya untuk bermain lebih berbeda, mirip seperti Andrea Pirlo," kata Pogba kepada L'Equipe usai membela Prancis menghadapi Belanda pada Kualifikasi Piala Dunia 2018.
Pogba tampak mulai beradaptasi dengan peran sebagai gelandang bertahan. Ia tampil sebagai penentu kemenangan 1-0 Prancis atas Belanda via gol dari sepakan jarak jauh.
Untuk membuat Pogba nyaman, Mou bisa meniru Deschamps, yakni mendampingkan Pogba dengan seorang ball winner.
Di Prancis, tandem Pogba adalah gelandang pekerja keras bernama Blaise Matuidi.
Morgan Schneiderlin merupakan personel United yang memiliki atribut paling mirip dengan Matuidi. Musim lalu, Schneiderlin rata-rata mencatat 2,4 tekel per gim, paling tinggi di antara gelandang Setan Merah.
Pasangan Pogba-Schneiderlin sama sekali belum pernah dijajal Mou. Selama ini Pogba baru berpartner dengan dua nama, yakni Marouane Fellaini dan Ander Herrera.
Cuma, Herrera secara mengejutkan muncul sebagai kandidat terdepan pendamping Pogba dalam duel kontra Liverpool, Senin (17/10). Pemain Spanyol itu selalu berada di sisi Pogba dalam dua partai teranyar EPL kontra Leicester City (4-1) dan Stoke City (1-1).
Hererra muncul sebagai pemain United dengan koleksi intersep terbanyak (11) dalam sepasang laga tersebut. Bukan hal yang aneh jika Pogba memainkan salah satu laga terbaiknya di EPL ketika Setan Merah bersua Leicester, di mana dirinya bikin sebiji gol.
Duel melawan Stoke membawa kekecewaan jika menilik skor akhir. Namun, bicara aspek ofensif, United layak percaya diri.
"Penampilan terbaik United musim ini," kata Mourinho.
Herrera yang cakap mengatur tempo dan mengalirkan bola mirip seperti partner ideal Pogba selama di Juventus, Pirlo atau Claudio Marchisio. Kemampuannya merebut bola akan mengingatkan Pogba kepada Matuidi.
Kendati demikian, keberanian Mourinho mencadangkan Wayne Rooney juga dirasa penting bagi perkembangan Pogba.
Di Prancis, inisiatif Pogba merangsek ke depan terbantu dengan mobilitas Griezmann sebagai penyerang lubang.
Hal serupa sulit dilakukan Pogba jika Rooney berada di depannya. Mou telah melakukan pilihan yang bijaksana dengan lebih mengedepankan Juan Mata dalam dua partai EPL terakhir.