Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Dengan materi yang tersedia di Premier League, rasanya timnas Inggris bakal dengan mudah menekuk Malta pada Sabtu (8/10). Bahkan, laga lanjutan melawan Slovenia pada Selasa (11/10) juga seharusnya diselesaikan dengan baik.
Penulis: Dedi Rinaldi/Rizki Indra Sofa
Pada babak kualifikasi menuju Piala Dunia 2018, Inggris bergabung di Grup F bersama Skotlandia, Slovenia, Lituania, Slovakia, dan Malta.
Praktis pesaing terberat Inggris untuk menguasai puncak klasemen hanyalah Skotlandia. Posisi kedua negara ini juga telah menjelaskan persaingan yang terjadi di Grup F, di mana kini Skotlandia berada di puncak klasemen, sedangkan Inggris di posisi kedua.
Lantas, apakah Inggris bakal melaju dengan nyaman?
Meski menjadi unggulan, tetap saja timnas Inggris masih diliputi pertanyaan dan keraguan. Pasalnya, Inggris sekarang dipegang pelatih caretaker Gareth Southgate menyusul dipecatnya pelatih Sam Allardyce oleh FA Inggris.
Southgate memang nama terkenal di pelataran timnas Inggris. Sebagai pemain, Southgate merupakan andalan Inggris di sektor belakang era 1990-an.
Mantan pemain Aston Villa ini pernah melambung namanya pada pesta Piala Eropa 1996 di mana ia gagal mengekseskusi penalti di babak semifi nal kontra Jerman.
Sampai penendang kelima, eksekutor Inggris dan Jerman mulus dalam mengeksekusi. Tiba penendang keenam Inggris: Southgate. Tendangannya digagalkan kiper Jerman, Andreas Kopke.
Namun, Southgate tidak hancur. Dia tetap melanjutkan karier bersama Aston Villa dan kemudian beralih ke profesi pelatih. Pertanyaannya sekarang, apakah Southgate mampu mendorong para bintang Inggris yang berada di timnas mau bersama meraih kemenangan?
Selama ini semua pelatih timnas Inggris tak pernah bingung dalam menyusun materi, tetapi lebih kepada masalah motivasi pemain yang rendah.
Muka Baru
Southgate memang bukan tanpa halangan. Inggris kehilangan beberapa pilar karena cedera seperti striker Harry Kane, kiper Jack Butland, gelandang Adam Lallana, Danny Drinkwater, sampai dua bek cepat, Nathaniel Clyne serta Luke Shaw.
Masih banyaknya materi pemain yang tersedia membuat Southgate tidak begitu khawatir. Justru aksi yang dikembangkannya lebih pada bagaimana membangun komunikasi efektif.
Southgate merupakan sosok yang terkenal di tim U-21. Karena itu, demi membangun komunikasi yang efektif, Southgate lumayan banyak menghadirkan pemain muda dalam pasukannya.
Dua bocah belia Manchester United, Marcus Rashford dan Jesse Lingard, misalnya, masuk dalam skuat.
“Ada beberapa pemain yang tampil bagus di timnas di U-21 seperti Rashford dan Lingard, jadi saya pikir tidak salah apabila potensi-potensi muda ini saya coba sekarang,” kata Southgate.
Rashford telah melakoni debut yang mengesankan selama Piala Eropa 2016 lalu dan mencetak hattrick pada debutnya di tim Inggris U-21 saat pertandingan melawan Norwegia. Sementara itu, Lingard masuk karena penampilan impresifnya bersama United pada musim ini.
Selain Rashford dan Lingard, juga hadir pemain Arsenal, Alex Oxlade-Chamberlain; Raheem Sterling (Manchester City); sampai Dele Alli (Tottenham Hotspur). Meski begitu, Southgate bukannya anti pemain matang yang kini berkibar lagi.
Bek Stoke City, Glen Johnson, dan bek Southampton, Ryan Bertrand, masuk. Khusus Johnson, pemanggilan tersebut merupakan yang pertama sejak PD 2014 lalu menyusul performa apiknya di Stoke.
Ox-Chamberlain sendiri kembali ke pasukan Three Lions setelah selama satu musim mengalami cedera dan membuatnya tersingkir dari lirikan pelatih Roy Hodgson untuk dibawa ke ajang Piala Eropa 2016.
Dengan materi yang ada, seharusnya Inggris tidak akan mengalami kesulitan meraih angka penuh dan menguasai klasemen Grup F.