Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Filosofi Guardiola adalah permainan dimulai dari belakang, dari kiper. Hal itu membuat Claudio Bravo menjadi outfield player ke-11.
Jadi, ketika lawan maju hingga menutup semua area bertahan City, maka di barisan depan City tinggal mengandalkan pemain seperti David Silva atau kecepatan lari Raheem Sterling dan Jesus Navas, menanti adanya serangan balik.
Jadi, apa yang harus dibenahi oleh Guardiola setelah kalah dari Spurs dan sebelumnya bisa ditahan 3-3 oleh Celtic di Liga Champion?
Yang pertama adalah ia harus memeriksa kembali seleksi tim yang dilakukannya. Deep midfi elder adalah rencana yang krusial. Si pemain di posisi itu harus mundur, menerima bola, dan berbalik untuk meluncurkan serangan.
Fernandinho bisa melakukan tugas itu dengan baik sejak awal musim, tetapi saat menghadapi Spurs, Guardiola menggesernya lebih ke depan dan menyerahkan tugas deep midfielder ke Fernando, yang merasa tidak nyaman.
Tanpa butuh waktu lama, Spurs langsung membuat Fernando tak berkutik. Fernandinho kemudian dimundurkan sehingga para bek memiliki alternatif gelandang yang bisa diberi operan bola untuk menyerang.
Fernandinho bisa melakukannya, tapi ia sedang tidak menjalani hari yang baik.
Sebagai akibatnya, ketika City bertugas untuk berjaga, mereka lantas kelabakan dan membuat banyak kesalahan. Operan-operan yang mereka lakukan berkurang kejituannya.
Sebagai salah satu solusi, Guardiola harus mengembangkan kemampuan para bek tengah untuk bisa menendang jauh, demi melewati tekanan yang dilakukan lawan.