Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Striker kenamaan Indonesia di era 1990-an hingga 2000-an, Kurniawan Dwi Yulianto, mencoba menapaki lembaran hidup baru. Pengalaman mentereng sebagai pesepak bola menjadi modalnya maju sebagai calon Ketua Umum PSSI periode 2016-2020.
Penulis: Kukuh Wahyudi
Sosok yang akrab dengan panggilan Si Kurus itu berhasrat meneruskan tren yang sudah dilalui Maulwi Saelan atau Djohar Arifin, yaitu eks pesepak bola yang akhirnya duduk sebagai orang nomor satu di federasi. Kegelisahan melihat karut-marut sepak bola nasional menjadi alasan terbesarnya untuk ikut nyemplung di tataran federasi.
Dalam wawancara khusus di sebuah kedai kopi di wilayah Cibubur, Jakarta Timur, Kamis (6/10), Kuniawan memaparkan visi-misinya, mulai dari pembinaan usia muda, perlindungan terhadap pemain, hingga percepatan kursus lisensi pelatih. Berikut petikannya:
Apa makna pencalonan diri Anda sebagai Ketua Umum PSSI?
Paling tidak apa yang saya lakukan ini bisa membuka pikiran mantan-mantan pemain lain. Sepak bola kan kalau tak ada pemain tidak jalan. Mantan-mantan pemain itu harus bersuara.
Tapi, bukan hanya sebagai opini publik. Pemain harus turut berperan dalam level pengambil keputusan, contohnya seperti masuk ke dalam federasi.
Sejak dulu Anda selalu vokal terkait pembinaan usia dini. Bila terpilih sebagai Ketua Umum PSSI, apa yang akan Anda lakukan di bidang itu?
Pembinaan usia dini itu harga mati. Kita semua harus serius saat menangani level ini.
Sekarang, proses pembinaan ini bisa dikatakan liar. Siapa pun bisa mengaku membina usia dini atau mendirikan SSB. Okelah, niatnya memang benar, tapi jalan menuju niatnya itu ada yang kurang benar, termasuk rekayasa-rekayasa negatif, seperti pencurian umur.