Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Inter punya skuat gemuk. Total, terdapat 30 pemain yang bisa dimainkan oleh Frank de Boer. Jumlah itu belum termasuk para anggota akademi yang tiba-tiba bisa menggeser para senior.
Penulis: Anggun Pratama
Hanya, skuat gemuk itu seperti sebuah fatamorgana. Di atas kertas, Inter bisa memainkan dua tim berbeda dengan total 30 pemain tersebut.
Kondisi tersebut benar-benar coba dimanfaatkan oleh sang pelatih. Lihat saja mereka yang dimainkan di ajang Liga Europa. Mayoritas adalah pemain pelapis.
Inter memang terkena hukuman dari UEFA karena melanggar aturan Financial Fair Play sehingga tidak mendaftarkan Joao Mario, Gabriel Barbosa, dan Geoffrey Kondogbia. Tetapi, De Boer pasti berharap pemain yang tersisa cukup buat mengarungi fase grup LE.
Terlebih reputasi lawan Inter di Grup K seperti Hapoel Be'er Sheva dan Sparta Praha jauh di bawah mereka. Lawan setara barang kali hanya Southampton. Faktanya, para pelapis itu tak bisa menjawab harapan sang pelatih. Di dua laga, Inter selalu kalah!
Performa Inter seperti bukan tim papan atas. Tak heran bila banyak fan yang mendesak manajemen klub buat menjual atau paling tidak tak memainkan sejumlah pemain tertentu karena dianggap tak memiliki kualitas oke buat mengenakan kaus biru-hitam.
"Inter merupakan tim medioker. Mereka tak punya determinasi dan hasrat buat menjalani laga dengan baik. Padahal, mereka punya peluang buat mendapatkan hasil bagus. Inter medioker, mereka akan kesulitan berjuang di Liga Champions," kata Tarcisio Burgnich kepada Tuttomercatoweb.
Burgnich merupakan bek Inter yang mentas pada 1962-74. Ia menyoroti performa pelapis Inter di laga Liga Europa, terutama sosok yang bermain di lini belakang.
"Sparta bukan tim hebat. Bila Anda tidak bisa meraih kemenangan, setidaknya bisa mengamankan satu poin. Inter tak punya kerendahan hati dan bek top. Kini jalur tim di kompetisi Eropa berada dalam ancaman," kata Burgnich lagi.