Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Manajer asal Portugal itu tidak bias. Ia bersikeras bahwa permainan tim asuhannya, Manchester United, sangat cantik ketika menghadapi pasukan Mark Hughes, Stoke City, dan gagal meraih kemenangan, Minggu (2/10).
Penulis: Dian Savitri
Man United ditahan Stoke 1-1 di Stadion Old Trafford, mengakhiri rekor 13 kali selalu menang di stadion itu, dengan terakhir kali mendapatkan satu poin pada 1980.
Bukan itu intinya. Intinya adalah United bermain bagus, terbagus sepanjang musim ini. Mou juga menolak untuk menyalahkan timnya gara-gara kebobolan menjelang pertandingan kelar.
“Saya sangat bahagia dengan penampilan tim, tetapi ketika hasil yang didapat seharusnya 5-0 atau 6-0 dan ternyata hanya 1-1, maka kebahagiaan itu pun raib. Frustrasi pun muncul,” kata Mourinho kepada Sky Sports.
“Menurut saya, penampilan tim adalah yang terbaik untuk istilah sepak bola: kreasi, kesempatan, dan konsistensi. Karena kami melakukan semua itu selama 90 menit," ucap Mou lagi.
Ia menyebut Man United menguasai pertandingan sepenuhnya. Para pemain berlaku sangat baik setelah unggul 1-0. Hal tersebut karena tim ingin memastikan skor itu bertahan hingga akhir laga.
"Kami sangat percaya diri dan terus membuat kesempatan untuk gol lain. Tiba-tiba, Stoke mencetak gol, yang jelas sangat tidak adil untuk kami,” ujar manajer berusia 53 tahun itu.
Zlatan Ibrahimovic gagal membuat gol, setelah memiliki sebuah kesempatan brilian, hanya satu menit setelah kick-off. Paul Pogba juga punya kesempatan membuat gol pada jarak dekat. Akan tetapi, kiper Stoke, Lee Grant, membuat penyelamatan brilian.
“Saya tidak pernah mengkritik pemain karena gagal membuat gol. Kiper Grant adalah man of the match. Ia berhak untuk itu, tiang gawangnya juga,” kata Mourinho.
Anthony Martial, masuk menggantikan Jesse Lingard pada menit ke-67, membuat gol tiga menit kemudian.
Akan tetapi, tujuh menit sebelum pertandingan kelar, gelandang Stoke yang dibeli dari Liverpool, Joe Allen, membuat gol dari jarak dekat.
Hasil 1-1 itu membuat United terpaku pada posisi ke-6, sementara Stoke bertahan di zona degradasi, tidak berubah dari urutan ke-19, masih menunggu kemenangan pertama musim ini.
Profligate United
Dengan hasil itu juga, kritik terhadap United pun semakin tajam. Bahkan, muncul istilah baru untuk United: The Profligate United, Si Boros United.
Bahkan, sebuah blog dari suporter United yang ditulis di situs SB Nation, terang-terangan memakai judul “United punished for profligacy”. United dihukum karena pemborosan.
Tentu saja itu sangat berhubungan dengan kehadira Pogba, sebagai pemain termahal yang pernah dibeli United.
Kalau mau diperbandingkan antara Pogba dan Allen, Pogba direkrut dengan harga 89 juta pound, Allen 13 juta pound. Jadi, satu Pogba setara tujuh Allen.
Menurut Squawka, statistik untuk kedua gelandang itu bisa dibilang seimbang dengan Allen sedikit lebih unggul.
Allen membuat dua gol, akurasi tembakan 75 persen, unggul duel udara 53 persen, dan melakukan aksi defensif empat kali.
Pogba membuat satu gol, akurasi tembakan 25 persen, unggul duel udara 53 persen (Pogba bertinggi badan 191 cm, Allen 168 cm), dan aksi defensif sama-sama empat kali.
Kesimpulannya, Pogba belum bisa menunjukkan permainan terbaik miliknya sejak pindah ke United dari Juventus musim panas lalu.
Semuanya masih nyaris-nyaris, meski ia sudah membuat satu gol.
United sebenarnya bisa meminta Pogba untuk beroperasi sebagai number 10, dengan Ander Herrera sebagai gelandang tunggal.
Namun, apakah itu bisa dipraktikkan melawan tim yang lebih kuat, seperti Liverpool pada 17 Oktober mendatang, masih harus dinanti.
Pekan lalu, ketika menang 4-1 atas Leicester City, tampaknya semua sudah berjalan mulus. Ketidakhadiran Wayne Rooney sejak menit pertama tidak menjadi masalah.
Akan tetapi, Mourinho masih harus mengajari para pemainnya apa yang namanya konsistensi.
Untuk klub sebesar United, dengan pemain-pemain mahal di dalamnya, bermain angin-anginan dari pekan ke pekan bukanlah pola yang diharapkan.