Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Usia berkaitan dengan performa atlet di lapangan. Pesepak bola juga begitu. Tubuh yang menua membuat proses pemulihan fisik turut melambat.
Penulis: Anggun Pratama
Meski secara kasat mata menunjukkan kondisi tersebut, tak banyak riset yang menghasilkan kesimpulan alasan di balik proses pemulihan yang melambat di usia yang lebih tua.
Dokter Timothy Koh, profesor di Universitas Illinois, yang fokus pada pemulihan jaringan sel manusia, paling tidak menyebutkan tiga ide yang menjadi penyebab.
Alasan pertama adalah respons inflamasi yang meningkat. Maksudnya adalah manusia yang lebih tua memiliki tingkat dan luas inflamasi pada otot lebih tinggi ketimbang mereka yang lebih muda.
Baca juga:
Inflamasi adalah salah satu proses tubuh buat memperbaiki otot usai digunakan. Semakin tua, jaringan otot yang rusak usai dipakai semakin banyak.
Ide kedua adalah kelelahan sel. Sebagai atlet profesional, sel dalam tubuh terutama pada otot mengalami kelelahan mengingat terus dipakai sejak usia muda.
"Dalam otot, terdapat sel yang bertanggung jawab memperbaiki kerusakan. Fungsi sel tersebut barang kali turut terganggu seiring pertambahan usia sehingga tidak bisa melakukan pekerjaannya sebaik dulu," kata sang profesor.
Alasan ketiga adalah perubahaan kondisi biokimia dalam tubuh. Level hormon manusia berubah seturut pertambahan usia.
"Penurunan level hormon testosteron, sebagai contoh, bisa jadi salah satu pemicu terganggunya proses pemulihan otot," ujar Koh.
Itulah alasan kenapa banyak atlet curang yang mencoba menambahkan suplemen ilegal dalam tubuhnya alias doping buat mendongkrak performa. Dari alasan itu pula, tak heran bila performa atlet menurun ketika usia bertambah.
Alasan ilmiah tersebut juga yang membuat Francesco Totti tak dapat lagi menuntut agar terus dimainkan sejak awal ketika AS Roma memiliki jadwal bertandingan. Ia tak bisa melawan waktu. Usianya baru saja menginjak 40 tahun pada 27 September.
Bagi kebanyakan atlet, usia tersebut sudah melewati usia pensiun! Tak heran bila dalam tiga musim terakhir peran Totti sudah sangat terbatas buat Roma.
Lagi-lagi, masa hidup Totti yang sudah lewat empat dekade membuat pelatih utama sejak era Rudi Garcia dan kini Luciano Spalletti bersama tim medis, plus tim kebugaran harus sangat jeli dalam mengatur jatah latihan, masa istirahat, dan tentu saja waktu bermain.
Meski begitu, efek Totti tetap tinggi. Ia sering menjadi pembuat perubahan ketika masuk sebagai pemain pengganti. Waktu bermain yang pendek memungkinkan Totti tetap bisa tampil dengan intensitas tinggi.