Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
4. Patrick Vieira
Bayangkan sosok monster setinggi hampir dua meter menghadang Anda. Dengan mata menyala-nyala, dia siap menubruk. Badannya tegap, kekar, kakinya menjulur menjangkau bola di kaki Anda.
Namun, setelah merebut si kulit bulat, dia berlari kilat untuk melepas umpan atau melesakkan tembakan kencang menjadi gol.
Begitulah gambaran sekilas karakter Patrick Vieira dalam masa jayanya mengomandoi lini tengah Arsenal pada 1996-2005.
Mengenang Vieira kala itu mungkin sama saja mengulas spesies terakhir pemain dengan karakter teknik dan atribut fisik mengintimidasi lawan yang sangat seimbang.
The Big Pat memiliki segala syarat sebagai arsitek di dapur permainan Wenger. Dalam kasus Vieira, si bos lagi-lagi menunjukkan kemahiran mendongkrak level pemain dari flop menjadi top.
Wenger belum bertugas penuh saat Vieira direkrut Arsenal dari AC Milan pada 1996. Sekali dipoles Wenger, pria kelahiran Senegal itu menjadi figur favorit suporter.
Vieira-lah yang mengambil alih ban kapten dari Adams pada 2002 dan memimpin Gunners tak terkalahkan semusim dalam era The Invincibles.
Saking vitalnya peran dan karisma Vieira, dia menjadi sosok yang masih dirindukan skuat Arsenal sampai saat ini sejak hengkang pada 2005.
“Manajer melihat saya sebagai pemimpin bukan karena cara saya berbicara, melainkan bagaimana berperilaku di lapangan. Alasan kenapa saya sangat sukses adalah karena memiliki hasrat ini dalam diri sendiri, inilah determinasi,” kata Vieira.