Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
6. Sol Campbell (dan Lauren Bisan, Kolo Toure, Ashley Cole)
Kuartet ini tak bisa dipisahkan dalam kerangka back-four fantastis skuat The Invincibles.
“Orang mengenang The Back Four Arsenal era Tony Adams dan kawan-kawan. Kuartet tim tak terkalahkan kami pada 2004 juga tak kalah tangguh,” ujar Wenger.
Fakta mendukung ucapan sang manajer karena kombinasi Lauren-Campbell-Toure-Cole di belakang membantu Arsenal finis sebagai juara liga 2003-2004 dengan angka kebobolan terminim saat itu (26 gol).
Kisah masing-masing anggota kuartet ini juga menarik dikupas. Lauren dan Kolo ditaruh pada posisi berbeda dari peran alamiah mereka.
Lauren sempat beberapa kali bersitegang dengan AW karena disuruh mematenkan posisi sebagai full-back kanan, bukan tempat naturalnya di lini tengah atau gelandang kanan.
Wenger secara pribadi bahkan mengklaim Lauren sebagai rekrutan terbaiknya karena “klub melirik dia saat tidak diminati tim lain," ucapnya.
Seperti tak disangka-sangka, Toure dicomot dari klub Pantai Gading, ASEC Mimosas, dengan harga setara ‘sekantung kacang’, tapi Wenger menyulapnya menjadi bek sentral kelas dunia.
Hal itu juga terjadi setelah si bos menaruhnya di jantung pertahanan, alih-alih sebagai gelandang. Untuk Lauren dan Kolo, tongkat sihir Wenger untuk merevolusi posisi pemain bekerja secara baik.
Cole? Sampai saat ini, publik Gunners mungkin rindu-rindu benci dengan sosok seperti dia. Jebolan akademi Arsenal itu meroket sebagai bek sayap kiri terbaik di Inggris pada awal 2000-an.
Hanya, keputusannya pindah ke kubu seberang berseragam biru membuat Cole menjadi musuh bagi segelintir Gooners.