Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Stadion Siliwangi tampak riuh ketika hadir di sana pada Selasa (27/9/2016). Ya, stadion yang cukup tua di Bandung itu digunakan untuk pergelaran Pekan Olahraga Nasional (PON) 2016 Jabar. Ada cabang kriket, boling, tenis, dan biliar yang memainkan laganya di sana.
Penulis: Fery Tri Adi
Sudah lama rasanya tak melihat Stadion Siliwangi seramai itu, khususnya jika menyangkut pertandingan sepak bola.
Terakhir kali stadion milik Kodam III/Siliwangi itu ramai oleh suporter sepak bola ialah ketika menjadi kandang sementara PS TNI pada awal pergelaran Kejuaraan Sepak Bola Torabika (TSC) 2016.
Tim yang punya “ikatan darah” dengan Stadion Siliwangi, Persib, malah sudah tak melirik lagi rumah lamanya itu karena kapasitasnya tak cukup menampung bobotoh.
Terakhir kali Persib main di sana ialah pada laga persahabatan Februari silam.
Stadion yang kini menjadi pusat pembinaan jasmani Kodam III/Siliwangi itu menjadi saksi bisu naik-turun prestasi skuat Maung Bandung.
Namun, sejak Persib pindah kandang ke Stadion Si Jalak Harupat atau Stadion Gelora Bandung Lautan Api, Stadion Siliwangi tampak sepi. Hanya acara sporadis dan SSB Siliwangi yang mengisi keriuhan di sana.
“Semenjak Persib sudah tidak lagi berkandang di sini, Stadion Siliwangi dipakai untuk pembinaan jasmani militer atau swasta. Kadang juga buat acara seperti konser. Yang rutin memakai paling cuma SSB Siliwangi, yang berdiri pada 2013,” ujar Bambang Wahyudi, yang mengelola Stadion Siliwangi sejak 1998 hingga kini.
Baca Juga:
Tak hanya punya keterikatan dengan Persib, Stadion Siliwangi juga punya kaitan dengan perjuangan rakyat Pasundan dulu.
Dalam batu peresmian yang ada di sana tertulis dibuka pada 24 Maret 1956 pada hari 10 tahun Bandung Lautan Api. Bandung Lautan Api ialah peristiwa membumihanguskan rumah penduduk Bandung.
Hal itu dilakukan untuk meninggalkan kota menuju pegunungan di daerah selatan Bandung supaya mencegah tentara sekutu dan tentara NICA Belanda menggunakan Kota Bandung sebagai markas strategis militer dalam perang kemerdekaan Indonesia.
Seperti dilansir surat kabar Pikiran Rakjat edisi tahun 1956, Stadion Siliwangi diprakarsai Panglima Tentara dan Teritoriom III Kolonel Inf. A.E. Kawilarang.
Stadion yang mulai dibangun pada 1954 itu juga sebenarnya sudah mulai bisa digunakan pada Februari 1956. Ada turnamen voli yang digelar di sana kala itu.
Kemudian pada 30 Maret 1956, sebagai bentuk perayaan peresmian stadion, digelar pertandingan segi tiga antara Persib, Persija, dan PSIM Yogyakarta. Ternyata, Maung Bandung sudah menggunakan Stadion Siliwangi sebelum era kemerdekaan Indonesia.
Pikiran Rakjat melansir Persib mendapat “hibah” lapangan yang dulu bernama Lapangan Sparta itu. Sebelum bermain di sana, Maung Bandung hanya berlaga di lapangan pinggiran Bandung, seperti Lapangan Tegalega dan Ciroyom.
Hal itu disebabkan Voetbal Bond Bandung & Omstreken (VBBO), klub milik Belanda, bermain di kota dan lebih punya gengsi karena menjadi daya tarik masyarakat pada 1937.
Lapangan milik bond (perserikatan) Belanda itu di antaranya ialah Lapangan UNI, Lapangan Sidolig, dan Lapangan Sparta.
Namun, seiring berjalannya waktu, penampilan Persib merebut hati masyarakat Pasundan dan menjadi perserikatan pribumi satu-satunya di Bandung.
Klub-klub yang sempat bernaung di bawah VBBO, seperti UNI dan Sidolig, pun akhirnya bergabung dengan Maung Bandung. Tak lama kemudian, VBBO menyerahkan pula tiga lapangan miliknya kepada Persib.
[video]https://video.kompas.com/e/5144809251001_v1_pjuara[/video]