Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Suporter olahraga selalu punya cara menunjukkan afeksi mereka terhadap atlet yang mereka kagumi. Tidak terkecuali para penonton babak final bulu tangkis Pekan Olahraga Nasional di GOR Bima, Cirebon, Jawa Barat, Rabu (28/9/2016).
Penonton sudah memadati tempat duduk di GOR Bima sebelum rangkaian partai final dimulai pukul 14.00.
Tidak sedikit yang membawa poster dukungan terhadap pemain unggulan mereka.
Lelaki, perempuan, dewasa, remaja, sampai anak kecil bercampur di dalam GOR. Tidak sedikit penonton remaja yang hadir masih mengenakan seragam sekolah.
Yel-yel meneriakkan nama daerah atau nama finalis juga tidak berhenti terdengar. Belum lagi ketika para pemain, seperti Praveen Jordan, Kenas Adi Haryanto, Jonatan Christie, atau Angga Pratama memasuki lapangan.
Teriakan dan sorakan para penonton seperti naik setengah oktaf alias lebih kencang dari biasa.
Momen ketika Jonatan Christie bertanding bisa menjadi contoh apik. Sejak pemain tunggal putra DKI Jakarta tersebut memasuki lapangan, barisan penggemarnya yang didominasi gadis-gadis remaja tidak henti meneriakkan dukungan untuknya.
"Ayo Jojo! Jojo pasti bisa! Jojo pasti menang! Yeaaah!" teriak mereka. Jumlah gadis usia belasan tersebut mungkin hanya sepersekian jika dibandingkan keseluruhan jumlah penonton di GOR Bima, tetapi untuk urusan semangat dan adu suara, mereka berani diadu.
Suara mereka tetap terdengar jelas, meski di saat yang sama suporter lain menabuh gendang dan bernyanyi.
Entah ada hubungannya atau tidak, teriakan dan sorakan mereka terdengar semakin nyaring ketika Jonatan mengganti bajunya yang basah karena keringat di penghujung gim pertama.
Tidak ayal, beberapa petugas keamanan dan penonton dewasa yang berdiri di belakang JUARA tertawa mendengar euforia para suporter Jonatan dari seberang ruangan tersebut.
"Aduh, gadis-gadis ya, ckckck..." terdengar seorang pria menggumam.
Ketika pertandingan selesai, para penonton spontan berdiri dan mendekat sambil berpegangan ke tiang pembatas. Tangan mereka menggapai-gapai meminta Jonatan memberikan tanda tangan atau melemparkan kaosnya.
Jonatan menuruti permintaan mereka dan melempar salah satu kaos yang ada di tasnya.
Spontan, kaos tersebut menjadi bahan rebutan penonton yang ingin membawa pulang 'cenderamata' dari GOR Bima tersebut.
"Sejujurnya, saya tidak menyangka sambutan warga Cirebon akan seperti ini. Kalau lihat lawan saya (Wisnu Yuli Prasetyo dari Jawa Timur), dia didukung oleh suporter yang dibawa langsung dari Jatim. Sementara saya mungkin pendukungnya tidak seberapa, tetapi warga Cirebon ternyata antusias. Terima kasih," kata Jonatan seusai pertandingan.
Para pemain lain, seperti Praveen, Kenas, dan Angga, serta para pemain putri seperti Anggia Shitta Awanda, Melati Daeva Oktaviani, dan Fitriani pun mendapat perlakuan serupa.
Ketika pertandingan selesai, rivalitas antara suporter tiap daerah jadi tidak bermakna lagi. Yang terpenting bisa melihat lebih dekat atlet idola mereka.
Memang, beberapa kali antusiasme para penonton ini kerap mengusik perhatian penonton lain. Bahkan, beberapa kali terdengar suara-suara pria dewasa memprotes teriakan dan yel-yel para penonton remaja.
"Hoi! Psst!" beberapa penonton dewasa bersuara cukup keras. Toh, para penonton belia di GOR Bima tidak gentar. Hingga akhir pertandingan, mereka setia bersorak untuk idolanya.
Di mana ada penonton remaja, selalu ada keriaan tersendiri.