Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Jenderal TNI (Purn.) Moeldoko mencuat sebagai salah satu calon kuat menjadi Ketua Umum PSSI. Tabloid BOLA berkesempatan melakukan wawancara khusus dengan mantan Panglima TNI itu di kediamannya, Jumat (23/9). Bagaimana pandangannya terhadap sepak bola Tanah Air jika dirinya terpilih sebagai Ketua Umum PSSI?
Penulis: Ferry TAS/Kukuh W./Persiana Galih/Martinus Bangun
Apa yang mendasari Anda maju dalam pemilihan Ketua Umum PSSI?
Berawal dari keinginan Bapak Presiden Jokowi waktu saya masih jadi Panglima TNI. Beliau ingin saya membenahi PSSI. Namun, waktu itu saya menjawab ingin fokus sebagai Panglima TNI dulu karena tugasnya berat. Kalau saya merangkap menjadi Ketua Umum PSSI tidak akan optimal. Sekarang saya punya kesempatan dan waktu. Saya melihat permasalahan di PSSI tidak ada ujungnya.
Menpora juga pernah meminta saya, tetapi ketika itu juga masih menjabat sebagai Panglima TNI. Sejauh ini, saya sudah bertemu dua kali dengan Imam Nahrawi terkait keikutsertaan saya dalam bursa calon Ketua Umum PSSI karena sudah punya waktu.
Kemampuan apa yang Anda miliki sehingga yakin bisa memimpin PSSI?
Jika terpilih membenahi PSSI, saya akan memakai semua kemampuan. Saya berpengalaman dalam berorganisasi di lapangan. Artinya, kepemimpinan dan kemampuan manajerial saya sudah teruji karena berjalan terus ketika menjadi komandan. Saya pikir dua kemampuan itu bisa membantu PSSI.
Saya pikir tidak jauh berbeda antara PSSI dan kemiliteran. Ketika menjadi Panglima TNI, saya melihat tugas pokok ketika itu ialah menjaga kesiapan tempur pasukan dan menjaga serta memelihara kesejahteraan prajuritnya.
Di PSSI berarti prajuritnya ialah pemain, pelatih, wasit, dan sebagainya. Menjaga, memelihara, dan mempersiapkan tempur pasukan Indonesia. Untuk pemain, seperti saya menerima prajurit baru, kami latih dan didik demi siap tempur. Pelatih juga disiapkan yang bagus. Begitu juga infrastruktur harus memadai. Kesejahteraan harus dipikirkan karena berkaitan dengan masa depan mereka.
Bisakah membenahi permasalahan di PSSI yang hingga kini belum tuntas, khususnya soal mafia?
Saya pastikan dulu apakah isu mafia itu benar. Saya coba melihat dari sisi etika, hukum, dan pembangunan karakter.
Dari sisi hukum, harus diperkuat dan bekerja sama dengan biro hukum, kepolisian, kejaksaan, dan lain-lain karena bukan ranah PSSI.
Sangat mudah bagi saya memberantas mafia karena saya tidak termasuk di dalamnya.
Ada permasalahan rivalitas suporter, bagaimana Anda membenahinya?
Saya adakan penataran bagi pengelola suporter. Mereka harus paham bagaimana suporter bertingkah laku. Harus ada kode perilaku yang disepakati semua dan disosialisasikan. Ada pula sanksinya jika melanggar. Suporter harus bertanggung jawab kepada kode perilaku itu. Klub yang memiliki mereka juga harus bertanggung jawab. Klub atau asosiasi provinsi mesti mendidik suporternya.
Saya ingin mengurangi keterlibatan polisi karena biaya pengamanan besar. Saya sedang memikirkan mengurangi biaya itu. Apakah nanti keterlibatan suporter sendiri dengan diberikan seragam khusus untuk berkontribusi dalam pengamanan. Selama ini kita bertumpu kepada pengamanan eksternal, tetapi internal kurang.
Steward juga harus dari suporter sendiri. Koordinator wilayah (korwil) bertanggung jawab kepada suporter. Mereka harus berkoordinasi dengan kepolisian agar tak ada yang liar tanpa tiket.
Sepak bola bagian dari industri kreatif. Jika semua aspek bisa dikelola dengan baik, akan menjadi kekuatan.
Perubahan fundamental apa yang bakal dilakukan?
Saya harus punya aplikasi demi menunjang talent management strategic. Semua data dan kemampuan pemain termonitor dengan baik sehingga saya punya peta yang jelas.
Perlu melalui pemikiran komprehensif soal kurikulum sepak bola. Menetapkan target memang mudah, namun harus dibarengi penghitungan yang baik di kurikulum demi mencapai target.
PSSI juga harus mampu bekerja sama dengan pemerintah. Pembangunan infrastruktur melibatkan APBN dan APBD. Saya akan gunakan jaringan saya, baik pemerintah maupun swasta, untuk infrastruktur.
Memimpin PSSI itu gampang. Standarnya sudah ada dari FIFA. Tinggal dijalankan saja dan tak perlu mengarang-ngarang atau keluar dari jalur itu.
Finansial transparan dan dapat dipertanggungjawabkan.
Teknologi juga harus dikembangkan biar meminimalkan kesalahan-kesalahan dari pengadil lapangan yang bisa membuat gejolak sehingga memunculkan keributan.