Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Calon Ketua Umum PSSI, Jenderal TNI (Purnawirawan) Moeldoko, punya cara sendiri dalam meredam rivalitas suporter. Melalui caranya, ia mengklaim mampu menuntaskan rivalitas tersebut tanpa perlu merogoh saku dalam-dalam.
"Saya harus memberi seragam untuk perwakilan-perwakilan suporter. Nantinya, mereka yang bertanggung jawab atas setiap kericuhan yang terjadi. Yang salah, selama ini setiap pengamanan selalu bertumpu pada eksternal, bukan internal," tutur Moeldoko, dalam sesi wawancara khusus dengan Tabloid BOLA JUARA.net di kediamannya, Jalan Menteng, Jakarta, Jumat (23/9).
Sebenarnya, kata Moeldoko, tak ada yang salah jika aparat keamanan banyak terlibat dalam menghentikan rivalitas tersebut. Namun, pengerahan aparat dalam setiap pertandingan sepak bola yang berpotensi ricuh memerlukan biaya yang sangat besar.
"Efisiensi pengeluaran perlu dilakukan. Biaya pengamanan itu sangat besar," katanya.
Tak hanya itu, jika terpilih menjadi Ketua Umum PSSI, ia akan mewajibkan klub dan Asosiasi Provinsi (Asprov) untuk rutin memberi pengarahan pada para suporternya.
"Saya pikir, dengan cara seperti itu rivalitas suporter yang selama ini sulit sekali diredam, akan tuntas," ujar mantan Panglima TNI periode 2013-2015 ini.
Bagi Moeldoko, suporter punya peran penting dalam industri sepak bola di setiap negara, termasuk Indonesia.
Bahkan, di matanya sepak bola boleh disebut industri kreatif karena keterlibatan suporter.
Maka itu, jika terpilih menjadi Ketua Umum PSSI, pria kelahiran Kediri ini berencana memberi imbalan berupa hadiah bagi kelompok suporter Tanah Air yang kreatif, inovatif, dan tak pernah terlibat kericuhan.
Sebelumnya, Moeldoko menjadi salah satu kandidat yang meramaikan bursa pencalonan Ketua Umum PSSI bersama Panglima Komando Strategis (Pangkostrad) Letnan Jenderal Edy Rahmayadi, Direktur Utama PT. Semen Bosowa, Erwin Aksa, dan eks pemain Kurniawan Dwi Yulianto.