Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Valencia di Jalan Tol Menuju Degradasi

By Jumat, 23 September 2016 | 12:44 WIB
Gelandang Valencia, Alvaro Medran (kiri), melakukan selebrasi dengan Rodrigo Moreno (tengah) dan Dani Parejo usai mencetak gol ke gawang Athletic Bilbao di Stadion San Mames, Bilbao, dalam laga lanjutan La Liga 2016-2017 pada 28 September 2016. (ANDER GILLENEA/AFP)

Dalam tujuh musim ke belakang, secara beruntun Valencia menempati posisi keenam, ketiga, ketiga, pertama, keenam, kedua, dan kedua, saat musim memainkan empat jornada pembuka. Situasinya begitu ironis karena di empat pekan awal 2016/17, Los Che terbenam di dasar klasemen La Liga.

Penulis: Sapto Haryo Rajasa

Peringkat buncit ini diduduki setelah Valencia gagal menuai satu poin pun sejak musim anyar bergulir pada 22 Agustus.

Empat kali kalah dalam empat partai dan kemasukan 10 gol. Rekor ini menjadi yang terburuk setelah hasil serupa di 1999/2000 yang dicatat Hector Cuper.

Valencianistas, dan mungkin publik sepak bola dunia, mungkin tak mengingat start buruk Cuper itu.

Maklum, pelatih asal Argentina itu berhasil menutup musim dengan mengantar David Albelda dkk. menduduki peringkat ketiga klasemen Primera dan menggapai final Liga Champion.

Pako Ayestaran, pelatih terkini Valencia, jelas bukan Cuper. Dari aspek mana pun ia tak layak dibandingkan dengan pria peraih tiga kali Copa Libertadores bersama Boca Juniors tersebut.

Di samping itu, skuat Valencia saat ini pun berbeda jauh dari materi yang kala itu merumput di Mestalla.

Sebagai gambaran lain, tiga tim terakhir yang mencatat empat kekalahan di empat pekan awal, Osasuna, Sporting Gijon, Xerez, sama-sama mengakhiri kompetisi sebagai tim yang turun kasta ke Segunda A Division.

Jika ada jalur yang lebih mendekati untuk dilalui Ayestaran, rasanya bukan yang dilewati Cuper.

Legenda Geram

“Sulit mencari tahu apa yang hilang dari tim ini. Dalam setiap laga kami menunjukkan bahwa kami memiliki kualitas untuk meraih kemenangan, tapi nyatanya tak ada poin yang berhasil kami raih,” begitu kata Mario Suarez, gelandang anyar Valencia, yang diamini Diego Alves, kiper tim, seperti dikutip Guardian.

Pada laga perdana kontra Las Palmas, Valencia lebih dulu mencetak gol melalui Santi Mina, tapi harus takluk 2-4 saat peluit akhir dibunyikan.

Begitu pula di partai terakhir melawan Athletic Bilbao, di mana Alvaro Medran masuk score sheet di menit ke- 2, tapi dibalas oleh dwigol Aritz Aduriz.

Ketika tertinggal dua gol melawan Real Betis di pekan ketiga, Valencia bahkan menunjukkan kualitas apiknya saat sukses menyamakan skor menjadi 2-2 setelah lebih dulu tertinggal 0-2.

Tak cuma itu, di laga tersebut Valencia juga bermain dengan 10 pemain saat mencetak kedua golnya.

“Apa yang dialami Valencia saat ini sangatlah mengkhawatirkan. Mereka terlihat tak punya proyek atau target jelas, dan tak punya ide bermain. Yang ada hanyalah permainan sepak bola yang impoten,” ungkap Mario Kempes, eks legenda Mestalla, yang kini menjabat duta besar klub.

Saking geramnya, Kempes, el pichichi klub dalam enam musim dalam rentang 1976/77 hingga 1983/84, bahkan mengaku siap apabila diminta menggantikan Ayesteran.

“Sebagai respons dari banyaknya permintaan agar saya menjadi pelatih, saya bersedia jika memang diminta langsung,” lanjut bintang Argentina di PD 1978 itu.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P