Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Jefri Kurniawan, Si Tajam yang Masih Jadi Korban

By Jumat, 23 September 2016 | 06:43 WIB
Selebrasi pemain PBFC, Jefri Kurniawan seusai mencetak gol pertama timnya ke gawang Bali United di Stadion Segiri, Samarinda, Minggu (11/9/2016) sore. (Dok. PT GTS)

Membahas gelandang subur di TSC tentu tak bisa lepas dari Jefri Kurniawan. Pilar di sektor kiri lini tengah Pusamania Borneo FC tersebut sejauh ini sudah mengemas enam gol plus tiga assist. 

Penulis: Andrew Sihombing

Situs penyedia data statistik menyebut Jefri sebagai gelandang paling subur di TSC. Gaung ketajaman Jefri mengencang beberapa waktu belakangan dengan selalu mencetak gol dalam tiga dari empat laga pamungkas Pesut Etam.

Ia menjadi pahlawan dalam kemenangan 2-1 atas Arema, membantu Pusamania bermain seri kontra Sriwijaya, dan ikut ambil bagian dalam pesta empat gol ke gawang Bali United.

"Pelatih memang menginstruksikan saya dan Terens (Terens Puhiri) bisa cepat masuk ke kotak penalti lawan saat kami melakukan serangan balik. Mungkin memang sudah rezeki saya bisa mencetak gol," kata Jefri kepada BOLA.

Dengan penampilan ciamik sepanjang TSC, plus ketajaman luar biasa tersebut, tentulah masuk akal melihat lelaki 25 tahun kelahiran Malang tersebut berseragam timnas. Namun, apa hendak dikata, nama Jefri tak pernah tertera dalam dua gelombang pemanggilan pemain oleh pelatih timnas Alfred Riedl. Jefri hanya bisa pasrah saat lagi-lagi tak masuk panggilan ke seleksi timnas.

"Mungkin skema yang dirancang coach Alfred Riedl tidak sesuai dengan karakter permainan saya," katanya.

Benarkah demikian? Asisten pelatih timnas, Wolfgang Pikal, justru menyiratkan sebaliknya.

"Kami tahu kualitas Jefri. Saya pribadi suka dengan gaya bermainnya. Tetapi, kami harus antisipasi kesepakatan klub yang hanya melepas maksimal dua pemain. Selain itu, kami punya banyak pemain bagus untuk posisi gelandang sayap kiri," ucapnya.

Pusamania memang diwakili oleh sepasang pemain dalam dua gelombang seleksi. Kiper Dian Agus Prasetyo dipanggil sebagai kandidat pendamping Kurnia Meiga dan Andritany Ardhyasa, sementara Lerby Eliandry memungkinkan Tim Merah Putih bermain dengan gaya berbeda karena karakter sang bomber tidak sama dengan Boaz Solossa atau Irfan Bachdim.

Saat diminta pendapatnya soal kemungkinan ia menjadi 'korban' kesepakatan pembatasan pemain, Jefri menjawab begini: "Mungkin saja memang demikian."

"Walau begitu, saya berharap tetap berpeluang dipanggil ke timnas. Manajemen awalnya membebaskan pemain dipanggil ke timnas, berapa pun yang diminta. Hanya, kemudian ada kesepakatan soal pembatasan ini sehingga tidak bisa berbuat apa-apa," ucap Jefri.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P