Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Muncul nada keheranan ketika pelatih Crystal Palace, Alan Pardew, memasukkan pemain kawakan Mathieu Flamini. Bukan apa-apa, gelandang asal Prancis mantan pilar Arsenal ini boleh disebut sudah out of date alias telah melewati masa keemasan.
Penulis: Dedi Rinaldi
Flamini sebelumnya sempat dikaitkan dengan rencana kembali ke Marseille dan bermain di Italia, sebelum akhirnya memutuskan bergabung dengan Palace. Bisa jadi Flamini mau menjalani lagi kerasnya EPL lantaran Pardew punya alasan lain. Bukan kekuatan yang diharapkan oleh Pardew dari kehadiran Flamini, melainkan sisi mental juara yang diharapkan bisa menulari pemain lainnya.
“Setiap kali Flamini bermain di Arsenal, dia selalu memberi mereka mental juara. Hal tersebut akan memiliki dampak yang amat luas. Mentalitas seperti itulah yang ingin saya punyai di sini,” kata Pardew.
“Saya juga berharap Flamini akan mendorong sosok seperti Joe Ledley dan Yohan Cabaye dengan sangat keras,” ujar Pardew lagi.
Flamini menjadi pemain baru kesembilan yang bergabung ke Palace pada musim ini. Masuknya Flamini juga kian menjelaskan bahwa Pardew masih menyukai pemain berkebangsaan Prancis.
Dari sembilan pemain baru tersebut, tiga di antaranya berkewarganegaraan Prancis. Ketiganya ialah kiper Steve Mandanda dari klub Marseille, Loic Remy pinjaman dari Chelsea, dan terakhir Flamini.
Ketiganya menambah daftar pemain asal Prancis yang sudah lebih dulu masuk, yaitu Cabaye. Pemain-pemain asal Prancis ini merupakan pilar inti Palace dan berkontribusi pada bercokolnya klub yang berdomisili di London itu di peringkat delapan klasemen, persis di bawah Manchester United.
Pardew tampaknya masih meneruskan tradisinya sejak masih menukangi Newcastle United. Kala itu pasukan miliknya seolah menjadi pesaing Arsenal dalam memiliki pemain asal Prancis.
Pardew mengaku selalu terkesima dengan teknik yang dimiliki oleh pemain asal Prancis, selain tentunya berharga lebih murah ketimbang pemain lokal Inggris.
Kendala Bahasa
Padahal, memadukan budaya baru bukan pekerjaan gampang. Pardew sudah berpengalaman sejak di Newcastle. Saat itu ada dua faksi yang bercokol, yaitu para pemain pengguna Francophone dan satunya Anglophone.
Saat itu Newcastle mempunyai 11 pemain yang berbicara bahasa Prancis dan nyaris seluruhnya merupakan pemain inti. Hebatnya, Pardew menyatakan pemain asal Prancis wajib memahami bahasa Inggris.
“Saya mengatakan kepada mereka bahwa saya akan berbicara dalam Bahasa Inggris dan mereka semua harus belajar Bahasa Inggris secara cepat,” ujar Pardew.
Saat itu, Pardew harus bekerja keras untuk mengatur harmoni timnya dengan benar. Pardew memulai proses integrasi secara hati-hati dan memulai dari hal-hal kecil, seperti strateginya dalam sesi latihan.
Pardew menyuruh para pemain untuk berlomba lari dan yang terakhir harus membayar denda. Sedetik setelah Pardew bicara, para pemain pengguna Anglophone langsung melesat, tapi lima pemain baru Newcastle pengguna bahasa Prancis hanya diam terbengong-bengong.
Pardew tidak marah. Namun, dia segera menaikkan level ancaman. Bukan lagi metode “terlambat lari didenda”.
Apa ancaman itu?
Pardew bilang, “Run or i’ll give your girlfriend’s phone numbers to John Terry!" Artinya, lari atau saya akan memberikan nomor telepon pacar kamu ke John Terry.
Ini ancaman serius tapi lucu, karena pemain pasti berpikir keras bila telepon pacar mereka benar-benar diberikan ke Terry. Dia adalah bek Chelsea yang pernah tersangkut kasus berselingkuh dengan pacar rekan sesama pesepak bola.