Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Kenyataan makin ketatnya TSC 2016 dan sulitnya mendongkel pemuncak klasemen, Madura United, harus ditelan pelatih Arema Cronus, Milomir Seslija.
Penulis: Ovan setiawan/Ferry Tri Adi
Milo, sapaan Milomir, juga kudu menelan pil pahit tambahan berwujud situasi minimnya pelapis stopper.
Pelatih asal Bosnia Herzegovina itu kerap kelimpungan jika salah satu dari Hamka Hamzah atau Goran Gancev harus absen.
Menurut Milo, memiliki hanya satu pelapis, yaitu Ryuji Utomo, sangat riskan buat timnya.
Alih-alih mendatangkan pemain keinginan pelatih, manajemen Arema malah menghadirkan dua gelandang asing, yaitu Marcio Teruel (Brasil) dan Nick Kalmar (Australia), serta satu winger asal Papua, Oktavianus Maniani.
Baca Juga:
Sang pelatih pun sempat pening dengan keputusan manajemen. Namun, seiring berjalannya waktu, Kalmar menunjukkan punya kemampuan berperan sebagai stopper.
“Saya seorang gelandang yang siap membantu serangan. Namun, juga mampu dan siap bila dimainkan di belakang. Bergerak ke kanan dan kiri juga bukan hal baru. Terserah di mana pelatih menempatkan saya,” ujar Kalmar.
Kondisi itu tentu berkah tersendiri buat Singo Edan. Masuknya Kalmar praktis mengatasi dua masalah sekaligus.
Masalah pertama ialah deretan gelandang lokal Arema. Hanya satu pemain yang dianggap fit, yaitu Raphael Maitimo. Pemain lain seperti Ferry Aman Saragih, Juan Revi, dan Ahmad Bustomi masih belum pulih dari cedera.
“Kami mengambil dua gelandang baru karena pelatih merasa sulit memaksimalkan gelandang yang ada selama 90 menit. Sejauh ini hanya Maitimo yang mampu. Jadi, kami memang butuh tambahan,” tutur Ruddy Widodo, Manajer Arema.
Masalah kedua yang bisa diatasi berkat kedatangan Kalmar ialah minimnya stok pelapis stopper. Karena kemampuan bertahan yang baik, Kalmar bisa menjadi pelapis Gancev dan Hamka, selain Ryuji.
Cuma Satu Striker
Tim terbaik Singo Edan juga makin tampak setelah kedatangan Teruel. Dari dua penampilannya, Teruel dinilai sanggup menggantikan Srdjan Lopicic menjadi roh baru di lini tengah Arema.
Singo Edan juga tak mau lagi sibuk mencari tandem Cristian Gonzales di lini depan. Mereka belajar dari kegagalan Gustavo Giron.
Meski Giron memiliki teknik mumpuni, tetapi dia terlihat kebingungan menempatkan diri di lini depan. Menilik hal tersebut Milo menyebut Giron gagal total.
“Kami masih percaya kepada Gonzales. Dia masih bisa menunjukkan kemampuan terbaik,” ujar Milo.
Singo Edan merasa penggawa lini depannya masih cukup dan tak perlu tambahan. Selain Gonzales, Arema juga memiliki pemain yang bisa memberikan kontribusi maksimal di lini depan. Sebut saja Febri Hamzah, Sunarto, dan Arif Suyono.
“Saya rasa untuk lini depan sudah cukup. Yang jadi perhatian memang sektor gelandang,” ungkap Ruddy lagi.
Alhasil, Arema memilih hanya menempatkan satu striker di lini depan, taktik yang bakal menjadi ciri khas Arema di TSC A 2016.
[video]https://video.kompas.com/e/5123062648001_v1_pjuara[/video]