Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Derbi Manchester musim ini sedikit berbeda dari edisi-edisi terdahulu. Bukan karena materi pemain yang sama-sama gemuk dan berkualitas, melainkan keberadaan sosok manajer top yang terlibat rivalitas sengit di masing-masing kubu.
Penulis: Indra Citra Sena
Jose Mourinho dan Pep Guardiola. Kedua peracik strategi andal ini bakal melanjutkan perseteruan panjang yang telah berlangsung sejak pertama kali berjumpa tujuh tahun silam, tepatnya pada 16 September 2009.
Kala itu, Mou masih menukangi Internazionale Milano, sedangkan Pep di Barcelona. Hasil akhirnya adalah imbang tanpa gol alias 0-0.
Momen itu ibarat mengawali rivalitas Mou dan Pep, yang menyita atensi lebih dari para penikmat sepak bola mengingat sering kali dibumbui drama dan cerita-cerita unik.
Siapa bisa melupakan kekalahan Inter dari Barcelona di semifinal Liga Champion yang rupanya disebutsebut sebagai “kekalahan terindah sepanjang karier Mou"? Sebabnya mereka tetap melangkah ke final berkat keunggulan agregat 3-2.
Baca Juga:
Siapa pula bisa melupakan pembantaian Barcelona terhadap Real Madrid di jornada ke-13 La Liga 2010-2011? Secara keseluruhan, Pep mengungguli Mou dengan rasio tujuh berbanding tiga dari 16 kali berduel.
Namun, dominasi Pep atas Mou memiliki catatan. Dia cuma pernah mengalahkan sang rival ketika masih menukangi Barcelona. Saat memegang Bayern Muenchen, ia bermain imbang melawan Chelsea asuhan Mou di Piala Super Eropa, meski akhirnya menang melalui adu penalti.
Sebaliknya, Mou boleh saja hanya pernah tiga kali mengalahkan Pep, tapi pria berkebangsaan Portugal itu melakukannya bersama dua klub berbeda, yakni Inter dan Real Madrid. Derbi Manchester bisa menghasilkan pencapaian berbeda bagi mereka.
Apakah Mou akan mempertajam catatan atau malah Pep yang membuktikan bahwa dirinya bisa membungkam sang rival tanpa bantuan armada Catalan? Pertanyaan ini segera terjawab pada Sabtu (10/9/2016).