Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Terbawa Euforia Tontowi/Liliyana

By Delia Mustikasari - Jumat, 2 September 2016 | 08:15 WIB
Ketua Umum PP PBSI Gita Wirjawan, Wakil Sekjen PP PBSI Achmad Budiharto dan Kabid Binpres PB PABBSI Alamsyah Wijaya (dari kiri ke kanan), saat hadir dalam acara diskusi di kantor JUARA, Palmerah, Jakarta, Rabu (31/8/2016). (ANDREAS JOEVI/JUARA.NET)

Bulu tangkis Indonesia sukses mengembalikan tradisi meraih medali emas pada Olimpiade. Satu medali emas berhasil dibawa pulang dari Olimpiade Rio 2016 yang berlangsung di Rio de Janeiro, Brasil, 5-21 Agustus.

Pasangan ganda campuran nasional, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, mempersembahkan medali emas setelah menundukkan Chan Peng Soon/Goh Liu Ying (Malaysia) pada babak final.

Pencapaian tersebut mendapat sambutan penuh sukacita dari masyarakat Indonesia. Kementrian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) kemudian membuat acara penyambutan kepulangan Tontowi/Liliyana.

Mereka mengatur kirab para peraih medali Olimpiade Rio 2016 selama dua hari dengan menaiki Bandung Tour on Bus (Bandros), 23-24 Agustus.

Pertama, Tontowi/Liliyana dan dua peraih medali perak dari cabang angkat besi (Eko Yuli Irawan, Sri Wahyuni) diarak dari Bandara Seokarno-Hatta menuju Kemenpora, lalu besoknya dari Kemenpora menuju Istana Merdeka.

Acara yang dibuat Kemenpora ini otomatis membuyarkan semua rencana penyambutan yang sudah disiapkan Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) sejak jauh-jauh hari.

"Kami sebenarnya sudah menyiapkan acara penyambutan untuk tim bulu tangkis seperti yang biasa kami lakukan saat All England atau kejuaraan lain, tidak peduli apakah para pemain dapat medali atau tidak,” kata Wakil Sekjen PP PBSI Achmad Budiharto dalam acara diskusi bersama redaksi JUARA di Palmerah, Jakarta, Rabu (31/8/2016).

"Sebelumnya, kami sempat bertanya kepada beberapa pihak, termasuk Kemenpora, apakah akan membuat penyambutan. Ketika itu, semua menjawab tidak. Setelah Tontowi/Liliyana mendapat emas, Kemenpora akhirnya mengambil alih acara penyambutan," ucap Budi.

Menurut Budi, PBSI menerima dengan tangan terbuka rencana Kemenpora yang mengambil alih acara penyambutan. Namun, ada beberapa hal yang membuat Budi dan PBSI keberatan.

Menurut Budi, mengarak atlet di mobil terbuka dengan melewati jalan tol saat meninggalkan Bandara Soekarno-Hatta bukanlah pilihan bijak. Selain karena faktor atlet yang kelelahan, tidak ada juga masyarakat yang akan bisa melihat.

"Para atlet ini adalah aset. Mereka baru saja menempuh perjalanan panjang selama berjam-jam, untuk apa diarak lewat jalan tol ketika tidak ada yang melihat. Waktu itu hari juga sudah sore,” ujar Budi lagi.

Terlepas dari euforia kesuksesan Tontowi/Liliyana, PBSI sudah mencanangkan fokus untuk kembali meraih medali emas pada Olimpiade Tokyo 2020 dengan mengandalkan pemain-pemain muda yang kini menghuni pelatnas.

[video]https://video.kompas.com/e/5098175901001_v1_pjuara[/video]

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P