Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Richard Mainaky dan Trauma Olimpiade

By Delia Mustikasari - Jumat, 26 Agustus 2016 | 18:52 WIB
Pelatih nasional ganda campuran, Richard Mainaky, sedang berbicara saat konferensi peraih medali emas Olimpiade Rio 2016 di pelatnas bulu tangkis, Cipayung, Jakarta, Rabu (24/8/2016). (BADMINTON INDONESIA)

Pelatih kepala ganda campuran nasional, Richard Mainaky, mengaku memiliki trauma saat Olimpiade. Alasannya, sudah dua kali sektor ganda campuran kehilangan peluang meraih medali emas Olimpiade.

Pada Olimpiade Sydney 2000, Tri Kusharjanto/Minarti Timur harus puas dengan medali perak setelah dikalahkan pasangan China, Zhang Jun/Gao Ling.

Selanjutnya, pada Olimpiade Beijing 2008, Nova Widianto/Liliyana harus menjadi runner-up seusai ditundukkan Lee Yong-dae/Lee Hyo-jung (Korea Selatan).

"Pada Olimpiade 2000, sebenarnya kita berpeluang juara. Namun, banyak pengurus yang jemawa," kata Richard di pelatnas bulu tangkis, Cipayung, Jakarta, beberapa waktu lalu.

"Saat Owi/Butet (Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir) bisa mengalahkan musuh bebuyutan, Zhang Nan/Zhao Yunlei (China), saya katakan kepada jajaran pengurus agar jangan jemawa dan takabur. Lebih baik perkuat dengan doa karena saya trauma," tutur Richard.

Sikap ini ditunjukkan saat Tontowi/Liliyana menang di final Olimpiade Rio 2016.

Tontowi/Liliyana menang atas Chan Peng Soon/Goh Liu Ying (Malaysia), 21-14, 21-12, pada laga yang berlangsung di Riocentro Pavilion 4, Rio de Janeiro, Brasil, Jumat (17/8/2016) dan berhak atas medali emas.

Setelah Tontowi/Liliyana memastikan meriah medali emas, Richard yang berada di sudut lapangan masih terdiam di atas kursi. Padahal, Tontowi sudah memanggilnya untuk masuk ke lapangan.

"Saat itu, saya hanya bersyukur, sehingga tidak melihat Owi memanggil saya. Tiba-tiba Butet sudah nemplok ke saya, jadi saya tidak sempat berdiri dari atas kursi. Saya justru merasa lebih tegang saat semifinal," ucap Richard.


Pasangan ganda campuran Indonesia, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, menghampiri pelatihnya, Richard Mainaky, sesaat setelah mengalahkan Chan Peng Soon/Goh Liu Ying (Malaysia) 21-14, 21-12, pada laga final Olimpiade Rio 2016, yang berlangsung di Riocentro-Pavilion 4, Rabu (17/8/2016).(BEN STANSAL/AFP)

Setelah berhasil meraih medali emas, Richard  mengakui bahwa rasa penasarannya telah terbayar.

"Sudah pecah telur, kalau saya meminjam istilah Christian Hadinata. Ambisi dan penasaran saya terbayar. Terima kasih Owi/Butet," ujar Richard

"Semua tercapai karena program saya didukung penuh. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada Pak Gita (Wijawan, Ketua Umum PP PBSI). Berapa pun jumlah ganda campuran yang dikirim ke turnamen tidak pernah dicancel," ucap Richard.

Dengan keberhasilan ini, Richard bertekad untuk meneruskan prestasi pada Olimpiade Tokyo 2020.

"Untuk generasi baru saya tidak khawatir karena saya sudah memiliki ramuan untuk mengganti pasangan. Saya punya pengalaman dan keyakinan sehingga Asian Games 2018 dan Olimpiade 2020 saya masih percaya," tutur Richard.

"Bulu tangkis merupakan hobi dan segalanya bagi saya. Tugas saya adalah mencetak juara baru, sehingga saya akan mulai meminta komitmen dari pemain agar ada perubahan ke depannya," ucap pria yang hobi berburu ini.

Beberapa pemain yang siap diorbitkan antara lain Gloria Emanuelle Widjaja, Melati Daeva Oktavianti, Ronald Alexander, Riky Widianto, dan banyak lagi.

[video]https://video.kompas.com/e/5098765612001_v1_pjuara[/video]

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P