Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Sepertinya, Layvin Kurzawa bakal lebih cepat mencetak 100 gol bagi Paris Saint-Germain ketimbang Edinson Cavani.
Penulis: Theresia Simanjuntak
Kalimat tersebut salah satu sindiran yang muncul untuk Edinson Cavani di media sosial usai laga kemenangan 3-0 PSG atas Metz, Minggu (21/8).
Sebagai penyerang, produktivitas golnya dibandingkan dengan bek kiri seperti Kurzawa jelas sebuah ejekan bagi Cavani. Meski begitu, pemain asal Uruguay itu dianaggap pantas mendapatkannya.
Kurzawa nyatanya lebih banyak mengemas gol. Pemain berusia 23 tahun itu mengukir tiga gol dari tiga penampilan di 2016-2017. Salah satu golnya terjadi di gim versus Metz. Sebaliknya, Cavani nihil gol.
Memang, partai melawan Metz merupakan aksi perdana striker berusia 29 tahun itu musim ini. Namun, tetap saja kondisi tersebut sulit diterima suporter PSG mengingat banyak peluang yang ia miliki saat menghadapi tim promosi itu.
Berkali-kali Cavani lepas dari penjagaan para pemain lawan dan tinggal berhadapan dengan kiper Metz.
Namun, mantan bomber Napoli itu gagal menaklukkan gawang Metz karena berbagai alasan seperti tembakan melenceng atau bola lebih cepat diamankan pemain Metz.
Cavani dituding kehilangan naluri sebagai predator. Hal itu terlihat pada menit ke-87. Berhasil mengecoh kiper Thomas Didillon sehingga gawang Metz tanpa penjagaan, Cavani malah diam lalu mengoper bola ke belakang, bukan mengeksekusinya.
Baca Juga:
Alhasil, sang striker jadi sasaran cemoohan fan PSG yang memadati Parc des Princes.
Dari tampilan tersebut, Cavani sepertinya tidak nyaman bermain sebagai penyerang tengah dalam pola 4-3-3. Ironisnya, si nomor 9 merupakan peran favoritnya.
Melawan Metz, Cavani seolah lupa bahwa ia pernah menjadi salah satu penyerang tengah hebat, terutama ketika masih memperkuat Napoli.
Ya, lupa. Sepanjang 2015-2016, Cavani memainkan 33 dari 52 laga di semua ajang sebagai penyerang sayap kiri. Posisi penyerang tengah dipercayakan kepada Zlatan Ibrahimovic.
Kendati tidak bermain di posisi favoritnya, Cavani justru bisa produktif. Total 18 dari 25 golnya pada musim tersebut tercipta ketika ia tampil di posisi itu.
Ekspektasi Tinggi
Memang, terlalu cepat penghakiman yang diterima Cavani berhubung ia baru tampil sekali musim ini. Meski begitu, hal tersebut wajar saja mengingat sebagai penyerang utama, ia tumpuan dalam mendulang gol sejak PSG kehilangan Ibrahimovic.
Hengkangnya Ibra ke Manchester United praktis membuat Cavani sebagai penyerang paling senior di klub yang ia bela sejak 2013 itu.
Andai PSG paceklik gol, suporter tidak akan menyalahkan para penyerang seperti Hatem Ben Arfa dan Jese Rodriguez, berhubung kedua pemain ini baru bergabung di bursa transfer musim panas 2016.
Ekspektasi tinggi pada Cavani diakui pelatih Les Parisiens, Unai Emery.
"Suporter sangat menuntut pada Cavani. Hal ini baik buatnya," ujar mantan pelatih Sevilla itu.
Emery optimistis Cavani dapat menjawab kritik publik lewat penampilan menawan sepanjang 2016-2017.
"Cavani sesungguhnya sangat menuntut dirinya sendiri. Dia punya karakter. Jika dia mendapat banyak kesempatan bermain, saya tidak cemas dengan fakta dia gagal mencetak gol kontra Metz," kata Emery.