Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Surat Balasan Lee Chong Wei untuk Lin Dan

By Delia Mustikasari - Minggu, 21 Agustus 2016 | 18:05 WIB
Pebulu tangkis tunggal putra China, Lin Dan (jersey merah) dan Lee Chong Wei (Malaysia) berpelukan setelah Lee menang 15-21, 21-11, 22-20, dari Lin Dan pada laga semifinal Olimpiade Rio 2016 yang berlangsung di Riocentro Pavilion 4, Jumat (19/8/2016). (RICHARD HEATHCOTE/GETTY IMAGES)

Pebulu tangkis tunggal putra Malaysia, Lee Chong Wei, berhasil memenangi laga semifinal Olimpiade Rio 2016 atas rival beratnya Lin Dan (China), Jumat (19/8/2016).

Lee menang 15-21, 21-11, 22-20, atas Lin Dan pada pertemuan ke-37 mereka. Rekor kemenangan masih dipegang Lin Dan dengan 25-12.

Sebelum Lee menjalani laga final, Lin Dan mengirim surat yang berisi pesan dan kesan tentang Lee dalam kaitannya dengan persaingan papan atas dunia cabang olahraga bulu tangkis selama 16 tahun terakhir.

Surat tersebut akhirnya dibalas Lee pada Sabtu (21/8/2016) seusai menjalani laga final. Lee kembali harus puas dengan medali perak setelah kalah dari rekan senegara Lin Dan, Chen Long, 18-21, 18-21.

Adapun Lin Dan gagal meraih satu medali pun karena kalah dari Viktor Axelsen (Denmark) pada perebutan medali perunggu. Lin Dan kalah 15-21, 21-10, 21-17 dari Axelsen.

Berikut kutipan surat balasan Lee Chong Wei untuk Lin Dan.

"Saya akan membalas surat ini dengan menggunakan huruf China, meskipun banyak yang tahu saya tidak fasih berbahasa mandarin.

Tetapi, sebagai bentuk penghormatan kepada kamu, saya akan menuliskannya untuk menceritakan kisah kita berdua.

Ketika saya pertama kali bertemu kamu dan kita berfoto bersama pada 2000, saya ingat saat itu kamu selalu ingin terlihat keren dan baik.

Kamu suka mengenakan mantel dan sepasang sepatu yang mengilap. Saat itu, kita berdua masih sangat muda dan saya tidak pernah berpikir cerita kita akan begitu lama dan menarik.

Pada Februari 2004 merupakan pertandingan pertama kita dan saya ingat bahwa kamu mengalahkan saya.

Dalam kurun waktu satu tahun, saya ingat dengan jelas bahwa kita bertemu dalam delapan laga dan saya hanya kalah dua kali.

Ketika saya melihat kebanggaan di wajah kamu, saat itulah saya memutuskan untuk membuat kamu sebagai target saya dan saya ingin bertarung dengan kamu pada tahun-tahun mendatang.

Tetapi, kemudian saya menyadari bahwa Taufik Hidayat dan Peter Gade masih di atas dan saling bersaing. Tidak peduli seberapa keras kita mencoba untuk bermain dan menang melawan mereka, kita tidak pernah mendapat medali atau trofi.

Ada saat ketika kita berdua sangat sabar dengan kemarahan dalam diri kita.

Saya tahu kamu menjalani latihan yang sangat keras daripada saya. Kamu berlatih 10 jam sehari dan saya berlatih lebih dari 10 jam sehari supaya bisa mengalahkan kamu.

Setiap kali ketika saya hampir menyerah, bayangan kamu akan berjalan di pikiran saya dan pertanyaan akan muncul. Pertanyaannya adalah, 'Jika saya tidak bisa mengalahkan Lin Dan, bagaimana saya bisa dinobatkan sebagai legenda?'


Pebulu tangkis tunggal putra China, Lin Dan (jersey merah) dan Lee Chong Wei (Malaysia) bersalaman setelah Lee menang 15-21, 21-11, 22-20, dari Lin Dan pada laga semifinal Olimpiade Rio 2016 yang berlangsung di Riocentro Pavilion 4, Jumat (19/8/2016).(RICHARD HEATHCOTE/GETTY IMAGES)

Akhirnya, ada hari ketika saya melangkah ke pertandingan dengan tujuan ingin menjadi juara untuk membuktikan diri.

Sayangnya, dunia kejam. Pada Olimpiade Beijing 2008, kamu bermain dalam performa terbaik sehingga membunuh harapan saya pada saat-saat terakhir mimpi saya hampir menjadi nyata.

Padahal, saat itu saya berada di peringkat pertama dunia. Selanjutnya, saya berusaha mengalahkan kamu, tetapi saya hanya memiliki medali perak.

Saya terlalu banyak memiliki medali perak, sementara kamu memiliki terlalu banyak emas. Saya ingin medali emas.

Saya terus berlatih lebih keras dan lebih keras sampai saya tidak tahu berapa banyak pasang sepatu yang robek, berapa banyak raket rusak, dan saya bahkan tidak tahu perbedaan antara siang dan malam karena saya banyak menghabiskan waktu dengan berlatih di pelatnas.

Meskipun begitu, kita selalu berkomunikasi via pesan singkat karena saya tidak hanya melihat kamu sebagai rival saya, tetapi juga memperlakukan kamu sebagai teman terbaik saya.

Pada Kejuaraan Dunia 2013, saya kehilangan permainan terbaik karena cedera.


Pebulu tangkis tunggal putra Malaysia, Lee Chong Wei, meluapkan kegembiraan setelah berhasil menang atas Lin Dan China) pada laga semifinal Olimpiade Rio 2016. Lee menang 15-21, 21-11, 22-20, pada laga yang berlangsung di Riocentro Pavilion 4, Jumat (19/8/2016).(GETTY IMAGES)

Kamu kemudian datang langsung ke samping saya dan bertanya apakah saya baik-baik saja. Saya tidak bisa berbuat banyak selain gagal melanjutkan laga.

Setelah itu, saya menyadari bahwa saya sudah tua dan kamu juga sudah tak lagi muda. Ada terlalu banyak pemain berusia 20-an datang seolah meminta kita mundur.

Kemarin, saya akhirnya menang. Saya sangat kewalahan meskipun akhirnya bisa melakukannya pada kompetisi besar.

Ini bukan berarti saya takut tidak bisa mendapatkan medali emas, tetapi karena saya begitu bersemangat untuk mengalahkan kamu.

Ketika saya bertukar jersey dengan kamu dan kita berpelukan, saya sadar tubuh kita banyak dibalut perban. Saat itu, saya sadar bahwa usia kita sudah menua. 

Rasanya ingin memutar waktu, tetapi saya tahu itu tidak mungkin. Namun, memori ini akan selalu terukir dalam hati saya.


Pebulu tangkis tunggal putra China, Lin Dan, ketika menghadapi Viktor Axelsen (Denmark) pada laga perebutan medali perunggu Olimpiade Rio 2016. Lin Dan kalah 21-15, 10-21, 17-21, pada laga yang berlangsung di Riocentro Pavilion 4, Sabtu (20/8/2016). (ANADOLU AGENCY/GETTY IMAGES)

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P