Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Penantian panjang 2.128 hari berakhir bagi Ducati. Andrea Iannone memastikan bahwa pabrikan Italia itu hanya puasa menang enam tahun, tidak lebih.
Penulis: Arief Kurniawan
Penampilan dua Andrea, Iannone dan Dovizioso, di GP Austria (14/8) memang fantastis. Mereka tidak membuat kecewa Ducati, untuk tampil sebagai pemenang dan runner-up, setelah kali terakhir kisah manis itu dibuat Casey Stoner tahun 2010.
Sirkuit Red Bull Ring memang langsung dicap sebagai sirkuit Ducati menyusul hasil tes pada tiga pekan sebelum balapan. Yang membuat cocok adalah sirkuit ini cepat dan bahkan yang tercepat di antara semua sirkuit mengalahkan Phillip Island di Australia.
Selain itu, tempat pengereman tajam di Tikungan 1, 3, dan 4, yang kemudian disambung dengan akselerasi cepat sangat cocok dengan motor Desmosedici GP16. Yang lebih sahih dari semua kondisi itu adalah, Ducati memanfaatkan secara nyata penemuan mereka pada 2014, sayap kecil di bodi motor.
Sayap-sayap itu membuat Iannone dan Dovizioso tak pernah kehilangan kendali saat masuk dan keluar tikungan. Kalau di F1, sayap itu penghasil downforce yang membuat mobil seperti menjejak ke aspal.
Di MotoGP pun demikian, motor Ducati seperti menempel di aspal dan tak pernah oleng walau melaju dalam kecepatan tinggi selama di tikungan.
Tak heran selama balapan duet Italia tersebut hanya bisa ditempel dan disusul sesaat pada awal lomba. Selebihnya, Jorge Lorenzo, Valentino Rossi, dan apalagi Marc Marquez serta Maverick Vinales, menyerah.