Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Ajang Community Shield 2016 yang mempertemukan Leicester City kontra Manchester United akan berlangsung di Stadion Wembley, London, Minggu (7/8/2016).
Duel pembuka musim yang mementaskan juara Premier League dan kampiun Piala FA 2015-2016 itu juga menjadi ajang reuni dua arsitek di masing-masing kubu.
Claudio Ranieri (64) bertemu lagi dengan sang rival lama, Jose Mourinho (53), yang kini menukangi Manchester United.
Pertemuan itu ibarat reuni yang dibumbui kebencian sekaligus kekaguman di antara mereka.
Baca Juga:
Kedua sosok tersebut dihubungkan oleh dua garis merah tebal berupa kiprah di Chelsea dan Inter Milan.
Bagi Ranieri, Mourinho bisa diibaratkan 'pencuri' posisi pelatih yang ia duduki di Chelsea. Peramu taktik senior asal Italia berdiri di balik kemudi The Blues pada 2000-2004.
Ranieri adalah arsitek pertama Chelsea era dinasti Roman Abramovich yang dimulai pada 2003.
Setelah membangun fondasi tim juara bermaterikan pemain-pemain top berharga mahal, Ranieri didepak Chelsea.
Pekerjaannya diteruskan oleh Mourinho pada 2004. Di tangan Mou, Chelsea pun menuai kejayaan era baru dengan raihan 6 trofi bersamanya (2004-2007).
Rentetan gelar itulah yang tak bisa dipersembahkan Ranieri buat The Blues.
Selepas menutup memori di Chelsea, Ranieri dan Mourinho bersinggungan lagi di tempat berbeda, Serie A Italia.
Mereka sama-sama pernah bekerja untuk Inter Milan, tetapi dalam periode berlainan. Mourinho menjalaninya pada 2008-2010, sedangkan Ranieri hanya di musim 2011-2012.
Pertemuan mereka sebagai musuh terjadi ketika Mourinho menukangi Inter, sedangkan Ranieri di Juventus dan AS Roma.
Selama dua musim (2008-2010), Ranieri berjuang sengit mendobrak dominasi Inter asuhan Mourinho kala itu.
Konflik Mou versus Ranieri paling sengit terjadi pada Agustus 2008. Saat itu, Mourinho melayangkan kritik soal mentalitas ala Ranieri yang ketinggalan zaman.
Ia juga mengumbar ketidakmampuan Ranieri memenangi gelar penting sebagai pelatih dalam kariernya. Akibatnya, hubungan mereka semakin panas.
Toh, pernyataan Mourinho memiliki dasar kuat melihat kiprahnya menuai 5 trofi buat Inter, sedangkan Ranieri nol untuk Juve dan Roma.
[video]https://video.kompas.com/e/5070282713001_v1_pjuara[/video]