Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Agak sulit menemukan bintang-bintang yang namanya sudah familiar di sepak bola Olimpiade 2016 bagian putra. Batasan umur U-23 menyebabkan mayoritas nama pemain belum akrab di telinga.
Beda cerita dengan bagian putri. Karena tidak ada batasan usia, setiap peserta bisa memanggil pemain-pemain terbaiknya, yang rata-rata sudah berusia di atas U-23. Efeknya, bagian putri sepak bola Olimpiade 2016 ibarat imitasi Piala Dunia dengan perang bintang di dalamnya.
Amerika Serikat misalnya, membawa skuat full team. Namanama beken macam Hope Solo, Becky Sauerbrunn, Carli Lloyd, Tobin Heath, dan Alex Morgan menghiasi skuat asuhan Jill Ellis.
Tidak mengherankan karena AS punya ambisi melanjutkan dominasi di Olimpiade. Sejak sepak bola putri dipertandingkan pada 1996, AS merebut empat medali emas dari lima penyelenggaraan Olimpiade.
"Saya merasa sangat bergairah datang ke Olimpiade kali ini dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah saya dapatkan untuk memainkan peran yang lebih penting di dalam tim," kata Morgan kepada Orlandosentinel.com.
Baca Juga:
Morgan adalah satu dari tujuh pemain AS yang sebelumnya sudah pernah mentas di Olimpiade. Mereka jelas memiliki pengalaman, sebuah modal penting untuk kembali menjadi juara.
Namun, ambisi AS akan coba dihadang oleh kekuatan lain sepak bola wanita dunia yang juga hadir di Rio. Ada China, Brasil, Jerman, Swedia, Kanada, dan Prancis. Tim-tim ini pun membawa pemain-pemain terbaik mereka.
Brasil diperkuat Marta, yang lima kali terpilih sebagai Pemain Wanita Terbaik Dunia; China mempunyai Ma Xiaoxu: Jerman membawa Anja Mittag; sedangkan Prancis memiliki senjata "Zinedine Zidane Wanita", Louisa Necib.
"Target utama jelas medali emas. Tim kami adalah perpaduan pemain senior dan pemain muda. Kami sudah berkembang sebagai sebuah tim dalam persiapan selama empat bulan," tutur penyerang Jerman, Mandy Islacker, seperti dikutip dari Kicker. (wid)