Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Tentang performa pribadi. Bagaimana menilai permainan Anda selepas dari Spanyol?
Saya tentu saja tak bisa memberi penilaian terhadap diri sendiri. Biarkan saja orang lain dan pelatih yang melakukan itu. Yang terpenting bagi saya adalah selalu memberikan yang terbaik.
Bhayangkara SU diperkuat sejumlah eks Indonesia U-19. Apakah itu yang membuat tim ini bisa berkilau?
Kembali ke yang saya katakan tadi soal kekompakan, kuncinya lebih ada di situ. Meskipun tim ini bermaterikan semua eks U-19, tidak akan ada hasilnya bila tanpa kekompakan.
Bagaimana peluang Anda di seleksi timnas senior?
Saya melihat ada banyak pemain bagus di posisi saya yang juga dipanggil untuk seleksi. Target saya nanti hanyalah memberi yang terbaik. Walau begitu, optimisme untuk betul-betul terpilih ke timnas tentunya ada.
Optimistis karena Anda pernah bermain buat Alfred Riedl di Piala AFF 2014?
Saya rasa hal itu belum tentu menjadi keuntungan juga. Kalau saya amati, Riedl hanya memilih pemain yang benar-benar bagus. Contohnya Ahmad Bustomi. Ia tidak dipanggil buat Piala AFF kendati masuk tim di bawah Riedl empat tahun sebelumnya.
Apa harapan di timnas?
Tentu saja membawa timnas juara. Sudah lama sepak bola kita vakum dan telah lama juga kita tidak berprestasi. Semoga pencabutan sanksi FIFA bisa menjadi awal yang bagus buat negeri ini.
Apakah Anda setuju bila disebut sebagai simbol timnas saat ini?
Saya bersyukur bila disebut seperti itu. Cuma, semuanya tentu kembali ke diri sendiri untuk menjaga performa. Jangan sampai saya malah melempem saat banyak yang menggantungkan harapan.
Saya juga lebih menganggapnya sebagai motivasi. Jangan sampai saya menjadi orang yang cuma terkenal di media sosial, tapi permainan tidak bagus. Kualitas pemain dilihat dari apa yang diperlihatkan di lapangan, bukan faktor terkenal atau tidaknya.