Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Tidak ada jaminan buat klub sekelas Leicester City untuk menahan kepergian pemain ketika godaan datang bertubi-tubi. Ambisi pribadi pemain dan godaan finansial pada klub untuk mendapatkan dana besar menjadi dua faktor utama yang sulit ditahan.
Penulis: Dedi Rinaldi
Pada akhirnya, tak ada lagi keajaiban yang akan mengiringi Leicester dalam menapak tangga tertinggi seperti musim lalu. Harus diakui, The Foxes sebagai juara bertahan Premier League tampaknya telah terjebak pada masalah godaan eksodus para pemainnya.
Pemain-pemain yang pada musim lalu bahu-membahu menaikkan level The Foxes kini tengah berada di ambang eksodus besar-besaran.
Setelah menjual gelandang N'Golo Kante ke Chelsea, hal tersebut secara pasti memicu guncangan dalam diri pemain lain untuk turut pergi sebelum musim 2016-17 berputar.
Setidaknya, pemain-pemain pilar seperti gelandang Riyad Mahrez, Danny Drinkwater, kiper Kasper Schmeichel sampai striker Jamie Vardy digoda habis-habisan supaya hengkang oleh klub lain yang lebih mapan.
Arsenal, Chelsea, dan bahkan klub besar Spanyol, Barcelona, misalnya, dikabarkan siap berjuang mendapatkan Mahrez.
Baca Juga:
Arsenal juga sempat memburu Drinkwater dan Vardy, lalu Manchester United menggoda psikis Schmeichel Junior dengan mengapungkan fakta bahwa ayahnya merupakan legenda Setan Merah.
Khusus Mahrez, seperti kabar yang dilansir The Guardian, sudah menolak kontrak baru yang ditawarkan dari Leicester karena ingin mencari petualangan baru dengan klub lain.
Mahrez pasti telah mengerti berapa banderol dirinya sekarang setelah didatangkan Leicester dari Le Havre pada 2014 dengan harga hanya 375 ribu pound.
Mahrez yang pada musim lalu meraih gelar “PFA Player of the Year” selama ini digaji 35 ribu pound (602 juta rupiah) per pekan. Dengan bergabung di klub besar, gajinya bisa melonjak hingga 80-100 ribu pound (1,3 hingga 1,7 miliar rupiah) per pekan.
Sementara itu, Liverpool FC selain memburu Schmeichel Junior juga menginginkan bek muda Ben Chilwell.
Mekanisme Pasar
Striker legendaris Inggris dan mantan pemain Leicester, Gary Lineker, mengatakan siapa pun kini memang tak bisa lepas dari jeratan mekanisme pasar di industri sepak bola Inggris yang penuh dengan godaan popularitas dan finansial.
“Namun, pemain-pemain tersebut merupakan pilar kesuksesan Leicester pada musim lalu. Leicester tak bakal juara tanpa mereka. Pada musim depan, rasanya keajaiban untuk Leicester tak akan ada lagi,” katanya.
Di sisi lain, bisa jadi para pemain bintang tersebut juga memikirkan kepentingan pribadi. Sederhananya, mereka tak ingin kondisi pasaran dirinya yang tengah bagus sekarang akan berubah jelek pada musim depan. Belum lagi manajemen klub ikut tergoda dengan penawaran yang datang dari klub lain.
Lineker mengingatkan bahwa tidak mudah bagi klub mencari pengganti pemain-pemain yang sudah hengkang.
Karena itu, klub sebaiknya tidak tergoda memanfaatkan kondisi sekarang ini untuk menjual pemain demi meraup untung besar.
Kehilangan Kante misalnya, membuat The Foxes harus bekerja keras mencari pengganti. Leicester disebut tengah mengejar pemain timnas Belgia yang kini berseragam Zenit St Petersburg, yaitu Axel Witsel.
Leicester bukan klub sekelas United, Arsenal, atau Liverpool yang memiliki tradisi dan nama besar di Inggris bahkan Eropa.
Leicester diharapkan eksis dulu dengan mempertahankan diri di papan atas sedikitnya selama tiga tahun sehingga tercipta kebanggaan klub yang besar.
Hal tersebut hanya bisa dilakukan dengan mempertahankan pemain pilar sambil terus melakukan transisi dan menciptakan bintang. Untuk itu, Leicester disarankan melakukan langkah nyata berupa penawaran kontrak-kontrak baru yang menarik untuk mencegah kepergian para bintang.
Mahrez sudah menolak, sedangkan Drinkwater masih dalam proses negosiasi. Vardy telah menolak tawaran senilai 20 juta pound yang datang dari Arsenal dan hal ini membuat senang Drinkwater. Bisa jadi, jika Vardy masih berada di Leicester, maka Drinkwater pun akan bertahan.