Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Mantan bek Liverpool, Daniel Agger (31), membuat pengakuan mengejutkan. Bek asal Denmark tersebut mengaku sempat mengalami ketergantungan obat pereda rasa sakit.
Agger gantung sepatu pada Mei 2016 setelah bermain untuk klub Denmark, Brondby, sejak 2014. Sebelumnya, Agger menghabiskan delapan musim bermain untuk Liverpool. Namun, kariernya kerap terhambat cedera.
Dia mengalami masalah pada punggungnya pada 2007 dan berlangsung selama satu tahun berikutnya. Masalah tersebut merambat dan menimbulkan nyeri pada lutut.
Demi bisa bermain, Agger mengonsumsi obat seperti Celebrex yang berfungsi meredakan nyeri pada tulang. Agger bahkan tidak ragu mengonsumsi obat tersebut melebihi dosis yang disarankan. Memang, obat tersebut cukup membantunya.
Selama delapan musim di Liverpool, Agger membukukan 232 penampilan. Dia juga tampil 77 kali untuk Brondby dan 75 kali untuk tim nasional Denmark.
Namun, lama kelamaan obat yang ditenggak Agger mulai menampakkan efek samping.
"Saya terlalu banyak menelan obat itu. Saya sadar, tetapi saya tidak bisa berhenti. Semoga ini menjadi pelajaran untuk para atlet lain untuk berhati-hati," kata Agger dalam wawancara dengan surat kabar Denmark, Jyllands-Posten.
Salah satu momen ketika dia menenggak obat tersebut melebihi dosis adalah pada Maret 2015 saat Brondby meladeni FC Copenhagen.
Poor Daniel Agger sounds like he's in a jocker - ‘Maybe my story will make other athletes take fewer pills’ https://t.co/K4maSfuybf
— Thomas Kelly (@drrrop) July 20, 2016
Agger saat itu tidak fit, namun ingin bermain. Dia meminum dua obat pereda rasa sakit tiga kali sehari selama satu minggu. Padahal, dokter sudah menyarankan dia mengurangi dosis pemakaiannya.
Dampak konsumsi berlebih pun mulai terasa. Agger kerap mengantuk dan mudah lelah, sehingga harus menenggak kafein dan minuman berenergi untuk melawan kantuk. Tubuh Agger terasa tidak karuan.
Baca Juga:
"Ada masanya saya hanya ingin tidur di ruang ganti, tetapi saya memaksa diri bermain," kata Agger.
Kondisi tidak fit tentu berimbas pada performanya di lapangan. Dia jadi sulit memusatkan perhatian dan kerap membuat kesalahan.
Agger menyerah. Pada 2015, dia mengumumkan niatnya pensiun.
"Tubuh saya tidak kuat lagi. Dosis obat yang saya konsumsi seharusnya hanya boleh setiap tiga hari. Kondisi saya yang tidak karuan seperti ini adalah cara tubuh saya memberi tahu bahwa saya tidak sanggup," kata Agger.
Agger pensiun satu tahun kemudian. Dia sempat tampil untuk Denmark pada kualifikasi Piala Eropa 2016. Gagalnya tim Dinamit lolos ke turnamen tersebut mengukuhkan niatnya untuk gantung sepatu.