Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Dua finalis Wimbledon 2016, Andy Murray (Inggris Raya) dan Milos Raonic (Kanada), siap menjalani laga final di Centre Court, Minggu (10/7/2016) malam WIB. Keduanya akan bertarung demi mewujudkan misi mencatat histori.
Murray yang menempati unggulan kedua melaju ke babak final setelah mengalahkan Tomas Berdych (Republik Ceska) dengan 6-3, 6-3, 6-3, Jumat (8/7/2016).
Kemenangan ini membuka jalan bagi Murray untuk menambah koleksi titel Grand Slam. Sejak menjadi Juara Amerika Serikat Terbuka 2012, Murray baru bisa menambah satu gelar yakni Wimbledon 2013.
Padahal secara keseluruhan, Murray tercatat 10 kali mencapai babak final turnamen Grand Slam. Pada tiga kesempatan terakhir (Australia Terbuka 2015 dan 2016, Perancis Terbuka 2016), Murray keluar sebagai runner up.
Petenis kelahiran Skotlandia itu berharap pengalaman tampil pada laga final turnamen mayor tersebut dapat membantu mengalahkan Raonic yang baru sekali ini lolos ke final Grand Slam.
"Saya berharap pengalaman ini akan memberi keuntungan. Saat saya memainkan final pertama pada AS Terbuka 2008, segalanya berjalan sangat cepat," tutur Murray yang dilansir situs ATP World Tour.
"Saya menjalani pertandingan babak semifinal selama dua hari melawan Rafael Nadal, lalu langsung menjalani laga final keesokan harinya. Tidak ada banyak waktu untuk menenangkan dan mempersiapkan diri saat akan menghadapi final," katanya.
Berbeda dengan pengalaman pertama Murray menjalani laga final Grand Slam-nya, Raonic justru memiliki cukup waktu untuk beristirahat.
Petenis 25 tahun itu melangkah ke final Wimbledon 2016 setelah mengalahkan Roger Federer (Swiss) 6-3, 6-7(3), 4-6, 7-5, 6-3.
"Rasanya cukup istimewa bagi diri saya sendiri, tetapi saya pikir pencapaian ini juga cukup spesial untuk mengakui tenis di Kanada," ujar Raonic.